2021, BNI Catat Laba Bersih Rp10,89 Triliun

bni

Menara BNI.

INDOPOS.CO.ID – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat laba bersih tahun 2021 sebesar Rp10,89 triliun, tumbuh 232,2 persen year on year (yoy) atau tiga kali lipat dari profit tahun 2020.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, BNI mampu menorehkan kinerja sangat positif di tengah pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih. Hal ini membuktikan keandalan manajemen dan BNI Hi-movers dalam melakukan transformasi guna terus mencari ceruk-ceruk pertumbuhan ekonomi yang semakin dinamis.

“Dengan capaian ini, BNI diharapkan menjadi katalisator pemulihan ekonomi nasional baik di masa pandemi maupun pascapandemi. Kami tetap berharap BNI menjadi BUMN yang sehat dan dikelola dengan bersih lagi transparan sebagai dasar good corporate governance,” ujarnya kepada media, Minggu (30/1/2022).

Erick berharap BNI dapat terus meningkatkan fokusnya dalam mendorong ekspansi bisnis internasional. Terlebih, momentum pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi lebih kuat sehingga banyak peluang pertumbuhan baru yang dapat dioptimalkan oleh pelaku usaha korporasi sekaligus usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Sementara, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi kinerja manajemen BNI yang telah mampu menutup kinerja tahun 2021 dengan peningkatan kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga yang sangat positif.

Menurutnya, kinerja BNI menunjukkan kemampuan untuk menjaga kepercayaan kepada pemerintah dengan tata kelola yang sangat baik dalam operasionalnya. Upaya efisiensi juga dilakukan dengan sangat baik dan hati-hati sehingga meningkatkan daya saing BNI dalam mendukung pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

“Makanya kalau BNI dapat hasil impressive itu hasil kerja keras insan BNI semuanya. Ini patut mendapat tepuk tangan. Ini adalah hasil dari fokus dan upaya yang dilakukan manajemen. Kami pun berharap semua insan BNI punya semangat untuk terus melakukan perbaikan di semua lini. Tidak boleh ada pengecualian. Waspada dan optimis dalam satu nafas. Fleksibel tetapi tidak kehilangan fokus,” bebernya.

Sri Mulyani melanjutkan, pemerintah telah berusaha mengelola fungsi APBN untuk menjaga dampak buruk akibat pandemi Covid-19 dan membuat ekonomi kembali bergerak dengan sangat efisien. Defisit fiskal tergolong reasonable dibandingkan dengan negara lain, yang bisa mencapai sekitar 20 persen terhadap PDB negaranya seperti India dan Brazil. Sementara Indonesia dapat menjaga level defisitnya lebih rendah dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menuturkan, upaya peningkatan kualitas kredit dilakukan dengan sangat baik. Rasio kredit bermasalah berada pada 3,7 persen dan loan at risk berada pada 23 persen per akhir tahun lalu dan terus menunjukkan tren penurunan. Hal ini menjadi momentum bagi perseroan untuk lebih aktif mendorong pemulihan ekonomi nasional.

“Adanya perbaikan NPL dan LaR tersebut menunjukkan bahwa ruang untuk terus tumbuh masih sangat terbuka,” sebutnya.

Dengan program transformasi yang telah direncanakan sangat matang, BNI telah mampu memperkuat daya saing dan ruang peningkatan margin dengan menekan banyak sisi beban operasional. BNI juga telah mampu meningkatkan modal pada tahun lalu dengan penerbitan Alternatif Tier I Capital sekitar Rp8,6 triliun sehingga membuat rasio kecukupan modal terkerek hingga posisi 19,7 persen, dari akhir 2020 yang tercatat 16,8 persen.

“Tentunya, kami sangat terima kasih dari support pemerintah. Dari kebijakan dan dukungan. Kami bisa mencapai kinerja keuangan ini tentunya tidak lepas dari dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya,” pungkas Royke. (arm)

Exit mobile version