LPDB-KUMKM Terus Perkuat Kolaborasi dan Business Matching Antar Kopontren di Indonesia

LPDB-KUMKM Terus Perkuat Kolaborasi dan Business Matching Antar Kopontren di Indonesia

Acara Business Matching Koperasi Pondok Pesantren, yang diselenggarakan di Kuta, Bali, Jumat (4/2)

INDOPOS.CO.ID – Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) terus melakukan inovasi untuk menemukan pola dan ekosistem bisnis yang bisa memperkuat dan memperluas pasar bagi produk yang dihasilkan pondok pesantren, khususnya Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), di Indonesia.

“Saya meyakini, bila semua potensi besar tersebut kita kawinkan, bakal menciptakan bisnis yang semakin efektif bagi pondok pesantren,” ungkap Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, pada acara Business Matching Koperasi Pondok Pesantren, yang diselenggarakan di Kuta, Bali, Jumat (4/2).

Terlebih lagi, LPDB-KUMKM mengemban dua amanah utama dari Menteri Koperasi dan UKM yang salah satunya adalah fokus dan konsentrasi membesarkan bisnis syariah di Kopontren.

“Saya meyakini kita semua memiliki visi yang sama untuk pengembangan ekonomi syariah di Indonesia,” jelas dia.

Dalam tahap awal ini, LPDB-KUMKM menghadirkan beberapa Kopontren yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan diperluas pangsa pasarnya. Yaitu, Kopontren Al Ittifaq (Bandung, Jabar), Koperasi Sarekat Bisnis Pesantren/KSBP Sunan Drajat (Lamongan, Jatim), Kopontren An Nur 2 (Malang, Jatim), dan Kopontren Nurul Jadid (Probolinggo, Jatim).

Bahkan, tak ketinggalan juga pertemuan ini menghadirkan PT BGR Logistics Indonesia, sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di sektor jasa logistik dan pergudangan.

“Bisnis Kopontren ini harus beriringan dengan Hub Trend saat ini. Karena, bisnis yang ada pondok pesantren itu besar dan harus besar. Komoditinya apa, sehingga bisa saling terhubung dengan efektif,” kata dia.

Supomo mencontohkan KSBP yang memiliki anggota sebanyak 17 pondok pesantren, yang masing-masing memiliki jumlah santri tak kurang dari 10 ribu orang.

“Kebutuhan santri itu sangat banyak. Tak hanya terkait pangan dan sandang saja, tapi kebutuhan lainnya juga sangat besar,” ucapnya.

Dari satu sisi saja, misalnya seragam santri, Supomo akan menghubungkan kebutuhan bahan baku kain dengan pihak lain, yakni bisa antar Kopontren ataupun dengan pabrikan.

“Itu potensi besar, termasuk bagaimana mendistribusikannya,” imbuh Supomo.

Begitu juga dengan Kopontren Al Ittifaq yang menurut Supomo membutuhkan banyak mitra untuk mengembangkan dan memasarkan produk-produk hortikultura (sayuran) yang memang menjadi core business-nya selama ini.

Saat ini, Al Ittifaq baru mampu memproduksi sayuran sebanyak 7 ton perhari, sedangkan kebutuhannya sebesar 40 ton. Diharapkan nanti dengan terbangunnya Green House, akan meningkatkan produksi sayuran Al Ittifaq menjadi 10 ton perhari.

Untuk Nurul Jadid, Supomo melihat potensi garmen yang bisa terus dikembangkan produk dan pemasarannya.

“Untuk An Nur 2, saya akan fokuskan di holdingisasi, khususnya dalam memasarkan komoditi gula,” tutur Supomo, seraya menyebutkan bahwa KSBP Sunan Drajat saat ini memiliki produksi garam yang cukup besar.

“Jadi, pertemuan strategis ini diharapkan akan memunculkan banyak kerjasama bisnis antar Kopontren, hingga sharing session. Bisa saling meniru atau melengkapi yang sudah ada,” tambahnya.

Nantinya, Supomo berharap, bisnis pondok pesantren akan terlihat dan tergambar bisnisnya dalam satu titik yang kuat dan saling terhubung.

“Harus diingat juga, saat ini, kualitas SDM para santri pondok pesantren itu sangat tinggi. Digitalisasi bukan lagi hal asing bagi mereka. Ada beberapa pondok pesantren yang jaringan IT-nya dibikin para santrinya sendiri,” papar dia.

Ke depan, ketika pola dan ekosistem bisnis antar Kopontren sudah terbentuk dan terjalin, Supomo akan melihat dimana posisi LPDB-KUMKM. Intinya, ke depan apa rencana bisnis para Kopontren dan apa kebutuhannya. Sehingga, LPDB bisa mengetahui harus berada di posisi yang mana.

“LPDB-KUMKM ini tidak sekadar hanya menyalurkan pembiayaan dana bergulir, tapi juga melakukan pendampingan usaha para mitra kami. Kami bisa masuk ke pola dan ekosistem itu dalam bentuk working capital,” ungkap dia.

Halal Value Chain

Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKM, Ari Permana menambahkan, langkah ini juga untuk memperkuat Halal Value Chain berbasis pondok pesantren.

“Ini juga akan memperkuat ekosistem keuangan syariah, khususnya yang dilakukan pondok pesantren, di Indonesia,” kata Ari.

Selain itu, Ari juga berharap bisnis-bisnis di pondok pesantren bisa memperbesar market share ekonomi syariah dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kita akan terus melakukan perkuatan permodalan Kopontren berbasis Business Plan. Sehingga, produktifitas bisnis Kopontren akan terus meningkat, seiring dengan perkuatan permodalan,” ulas Ari.

Dalam pertemuan tersebut, CEO Kopontren Al Ittifaq Agus Satria Irawan, Gus Anas Alhifni (KSBP Sunan Drajat), Ma’ruf Mubarok (Kopontren An Nur 2), dan Faizil Syamwil atau Gus Faiz (Kopontren Nurul Jadid), menyambut baik dan atusias menyambut lengkah business matching tersebut.

Irawan menyebutkan bahwa pihaknya sudah bermitra dengan ribuan petani di Jabar, Lampung, dan Riau, serta 10 pondok pesantren. Bahkan, ada sekitat 70 pondok pesantren lainnya yang akan bermitra untuk membangun ekosistem bisnis.

Bagi Irawan, ini merupakan potensi besar dalam Halal Value Chain.

“Mereka akan fokus dalam budidaya tanaman sayuran, kita dalam hal lainnya termasuk distribusi ke pasar-pasar moderen di Bandung dan Jakarta. Hanya saja, saya akui, urusan logistik itu terbilang cukup rumit,” kata Ustad Irawan.

Begitu juga dengan Gus Anas yang mengungkapkan kebutuhannya akan pergudangan dan distribusi bagi produk garam yang dihasilkannya.

“Kami mengirim garam hingga ke Palembang, Sumatera Selatan. Kami juga membutuhkan gudang besar untuk menampung garam,” ucap Gus Anas.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan, SDM, dan Business Support PT BGR Logistics Indonesia Energy mengatakan, pihaknya bisa menjalin kerjasama dalam bentuk apapun untuk membesarkan bisnis Kopontren di Indonesia.

“Kita memiliki tiga bisnis utama, yakni warehousing, logistics services, hingga Supply Chain Management atau SCM Profider,” ujarnya. (son)

Exit mobile version