Pengrajin Barongsai Liong dan Lilin Ekraf yang Terlupakan

Pengrajin Barongsai

sentra pembuatan barongsai di Gang Angbun No. 2, Jalan Roda, Kota Bogor, Jawa Barat

INDOPOS.CO.ID –  Tak banyak yang tahu, kalau Bogor bukan hanya sebagai kota hujan dan gudang nya kuliner. Ternyata produk ekonomi kreatifnya juga mensuplai kebutuhan skala nasional. Sebut saja produksi barongsai, liong dan lilin  yang diproduksi di Kota Bogor yang sudah sejak 2000 lalu. Diam-diam Kota Bogor memiliki segudang potensi ekonomi kreatif yang bisa menjadi lumbung perekonomian.

Sayangnya belum banyak diketahui orang dan belum terjamah oleh program pemerintah maupun swasta.

Lili Hambali, pengrajin barongsai dan liong memulai usahanya sejak tahun 2000. Dia memanfaat halaman rumahnya di Gang Angbun No. 2, Jalan Roda, Kota Bogor, Jawa Barat sebagai tempat produksi barongsai dan liong.

Setiap hari, Lili Hambali dibantu 5 karyawannya memproduksi barongsai dan liong. Dalam prosesnya dibutuhkan waktu seminggu buat mengerjakan satu unit barongsai dan liong. Seperangkat barongsai dijual dengan harga Rp6 juta hingga Rp8 juta.

Lili Hambali menjelaskan dalam membuat barongsai dan liong 70%  bahan baku barongsai masih diimpor dari China.

“Sebanyak 70% bahan baku berupa bulu domba dan kelinci masih diimpor dari China termasuk untuk bagian matanya sedangkan untuk kerangka menggunakan bahan dari Indonesia yakni rotan yang didapati dari Kalimantan,” ucapnya.

Pada imlek tahun ini, Lili Hambali memproduksi 20 barongsai. Bahkan, saking tersohor produksinya baik barongsai dan liong diproduksi Lili Hambali ini, tidak hanya memenuhi pasar dalam negeri saja, tetapi juga diekspor ke Australia, Arab Saudi, hingga daratan Eropa seperti Jerman

“Kami pernah mengirim barongsai ke daerah-daerah di Indonesia,  mulai dari Sabang hingga Manokwari. Permintaan paling banyak dari Bandung, Bali dan Riau.  Beberapa tahun belakangan ini, kami ekspor barongsai ke Australia tahun lalu dan Arab Saudi dan Jerman di tahun ini,” ujarnya.

Untuk kualitas, barongsai dan liong yang diproduksi Lili Hambali tak perlu diragukan lagi.  Hal ini diakui Aang  Wiguna.  Remaja yang satu ini bersama dengan teman-temannya datang dari Karawang ke Bogor untuk memesan barongsai.

“Saya dan teman-teman pesan barongsai di sini karena kualitasnya bagus,” ujarnya.

Selain barongsai dan liong, ada pula tempat pembuatan Lilin yang biasa digunakan di vihara maupun perayaan Imlek.

Dialah Panggah Suryono sang pemilik pembuatan lilin yang ada di Kampung Ciletuh, Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Di mana, usaha miliknya telah ditekuni sejak 2001, bisa dibilang melalui tangan Panggah Sutisna inilah lilin imlek di Indonesia hadir melalui kreatifitasnya.

“Biasanya pelanggan dari sekitar Bogor. Kami juga mengirim ke Pulau Sumatera dan Kalimantan kalau ada pesanan,” ucapnya

Sayangnya, di tahun 2017 usaha yang dilakoni Panggah berbeda dengan Lili Hambali, di mana ekonomi kreatif milik nya harus menelan pil pahit.

“Harga CPO melonjak tinggi membuat kami kesulitan untuk membuat pasokan lilin, ditambah dengan kehadiran para pemain besar seperti industri besar membuat kami kewalahan,” ujarnya.

*Belum Ada Bantuan*
Apa yang dilakoni oleh Lili Hambali dan Panggah Suryono tidak disupport oleh pemerintah, bahkan mirisnya keduanya pun tidak memperoleh bantuan dari pemerintah.

“Bantuan dari Pemda belum ada, termasuk bantuan untuk UMKM.  Untungnya, saya banyak teman.  Jadi kalau kesulitan dana, saya pinjam dari mereka,” tutur Lili Hambali.

Senada dengan Lili, Panggah Suryono, pengrajin lilin mengaku belum pernah dapat bantuan usaha dari pemerintah maupun swasta.

“Sampai sekarang belum memperoleh bantuan usaha dari pemerintah dan bank.  Untuk bisa bertahan, kami berjualan bakso, soto dan budidaya jahe,” katanya lagi.

Melihat hal itu, membuat MAPNUS,  Organisasi yang didalamnya tergabung media asosiasi praktisi pariwisata melihat dengan cermat bahwa potensi tersebut harus muncul kepermukaan. Tujuannya agar sentuhan pemerintah pun bisa dirasakan para umkm kecil yang selama ini berjibaku sendiri menumbuhkan ekonomi masyatakat sekitar.

Dengan berkolaborasi MAPNUS  dengan BNI terkait dengan kendala yang dihadapi pengrajin barongsai, liong, dupa dan lilin di Bogor, BNI menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).  KUR merupakan kredit bersubsidi dari pemerintah dengan bunga 6% per tahun.  Bagi yang ingin mengajukan KUR dapat mengakses https://eform.bni.co.id/BNI_eForm/kurOption.

Untuk diketahui  selama tahun 2021 kredit BNI tumbuh sebesar 5,3 persen yoy  menjadi Rp 582 44 triliun.

Adapun penyalurkan kredit di sektor Business Banking penyaluran terutama pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 7,6% yoy menjadi Rp 180,4 triliun; segmen Large Commercial yang tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 40,9 triliun; segmen kecil juga tumbuh 12,9% yoy dengan nilai kredit Rp 95,8 triliun.

Secara keseluruhan kredit di sektor  Business Banking tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 482,4 triliun

Sementara di sektor Consumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3% yoy menjadi Rp 35,8 triliun; kemudian kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7% yoy menjadi Rp 49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit consumer tumbuh 10,1% yoy menjadi Rp 99 triliun. (ney)

Exit mobile version