Genjot Produktivitas, Indonesia Butuh Petani dengan Jiwa Wirausaha Tinggi

kementan

Kementerian Pertanian melakukan studi banding antar provinsi ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada 23-25 Maret 2022. Kegiatan studi banding yang dilaksanakan selama tiga hari ini dilakukan untuk membuka wawasan terkait peluang pasar

INDOPOS.CO.ID – Indonesia saat ini membutuhkan petani milenial yang memiliki jiwa wirausaha tinggi untuk mendorong peningkatan produksi pangan nasional ke depan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, petani yang memiliki jiwa wirausaha tinggi akan mampu menggenjot produktivitas, sehingga ke depan produk pertanian Indonesia bertambah.

“Bahkan bisa diekspor dan diterima di pasar internasional,” ujar Dedi kepada media melalui keterangan tertulis, Sabtu (26/3/2022).

Saat ini banyak milenial yang terjun ke pertanian, namun tak jarang yang jatuh bertumbangan karena kurangnya skill analisa pasar. Dengan melakukan analisa pasar yang baik dan tepat, Indonesia akan lebih bisa memahami keadaan pasar yang sesungguhnya.

“Pemerintah, dalam hal ini Kementan (Kementerian Pertanian) selalu siap untuk mendampingi dan memfasilitasi generasi milenial yang ingin sukses menggali dan mengelola sektor pertanian,” katanya.

Dengan begitu, ia meminta agar seluruh insan pertanian, khususnya generasi milenial untuk cermat melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut menjadi ladang penghasilan. Petani milenial harus bisa memanfaatkan industri 4.0 untuk kepentingan pertanian Indonesia.

Salah satu program Kementan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) pertanian adalah program Youth Enterpreneur and Employment Support Services (YESS) yang fokus mencetak generasi milenial pertanian yang andal, kreatif, profesional inovatif dan unggul.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kerap menekankan pentingnya pengembangan SDM untuk mengoptimalisasi sektor pertanian Indonesia ke depan, karena pertanian merupakan sektor yang paling menjanjikan karena akses pasarnya sudah terbuka lebar.

“Bicara pertanian adalah sumber daya yang paling pasti, sebab semua potensinya sudah terbuka lebar dan sangat menjanjikan,” tuturnya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Heru Saptono mengatakan, pasar lelang cabai merupakan salah satu kegiatan dari perkumpulan petani hortikultura di Sleman yang dimulai sejak tahun 2017.

Pada kesempatan yang sama, Inokin selaku Ketua Pasar Lelang Cabai menjelaskan saat ini sudah ada 14 titik kumpul yang berada di Sleman.

“Saat ini para peserta lelang melakukan kegiatan lelangnya melalui aplikasi Panen.id,” sebutnya.

Wakil Bupati Gunung Kidul, Heri Susanto mengatakan, Desa Nglanggeran didaulat menjadi pilot project pembangunan Taman Teknologi Pertanian di Indonesia, karena berhasil membangun model percontohan kawasan pertanian terpadu dengan memanfaatkan inovasi teknologi modern berbasis kakao, kambing, serta sumber daya lokal dan konsep agro widya wisata.

“Ini merupakan potensi yang sangat luar biasa bagi kami masyarakat Gunung Kidul,” katanya.

Sedangkan Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti mengatakan, selain bertujuan sebagai sarana pembelajaran, kegiatan ini juga dapat menjadi ajang untuk membuka jejaring kerja sama dan peluang kemitraan.(rmn)

Exit mobile version