KemenKopUKM Lakukan Sosialisasi Perkembangan Ekonomi Global pada Dinas Koperasi dan UKM Seluruh Indonesia

Yulius

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Koperasi dan UKM melakukan sosialisasi kepada Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM seluruh Indonesia terkait dengan perkembangan ekonomi global.

Sosialisasi dibuka oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim dan paparan dilanjutkan oleh Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius.

Sosialisasi ini dilakukan agar daerah siap menghadapi perubahan global, sehingga memudahkan koordinasi dengan daerah terkait kebijakan atau stimulus yang akan dilakukan KemenKopUKM.

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius mengatakan bahwa salah satu hal yang tengah mengancam perekonomian dunia saat ini ialah inflasi Amerika Serikat yang terus mengalami peningkatan.

“Inflasi AS terus meningkat, berada di level tertinggi dalam 40 tahun, mendorong percepatan pengetatan kebijakan moneter di antaranya ialah tapering off, kenaikan suku bunga acuan, dan kontraksi balance sheet,” ungkapnya pada acara rapat Sosialisasi Antisipasi Disrupsi Ekonomi Global secara virtual, Jakarta, Senin (11/4).

Lebih lanjut, kondisi lain dari global ialah konflik Rusia dan Ukraina yang belum selesai sampai saat ini. Menurut Yulius, hal ini tentu akan menyebabkan disrupsi perdagangan global, akibat gangguan supply produk-produk dari Rusia dan Ukraina.

Dia juga menegaskan bahwa harga-harga komoditas yang terdampak oleh menurunnya pasokan dari Rusia dan Ukraina akan meningkat tajam. Juga pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) global akan mengalami penurunan.

“Ini menyebabkan pada tahun 2022 ini, ekonomi dunia akan berpotensi turun 2,5%. Tentu ini akan memberikan dampak pada emerging countries dan developing countries karena tingkat pendapatan yang relatif rendah,” ucap Yulius.

Meskipun situasi ini akan merugikan, nyatanya ada dampak positif yang dapat diperoleh Indonesia. Kenaikan harga berbagai komoditas global ini tentu berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia.

Beberapa komoditas tersebut di antaranya ialah energi seperti minyak, batu bara, dan gas alam. Sektor pertanian yakni kopi, karet, serta CPO. Terakhir ialah logam dan mineral ialah nikel, tembaga, emas, dan alumunium.

“Kenaikan harga energi global menambah gap harga antara harga penetapan harga energi domestik dan harga keekonomian, untuk Pertalite; Pertamax; Solar; Pertamina Dex; LPG. Kenaikan ini berpotensi menyebabkan kelangkaan karena gap harga yang jauh berpotensi adanya penimbunan, dan juga beban fiskal karena meningkatnya subsidi, sehingga harga perlu disesuaikan,” tuturnya.

Dalam sosialisasi ini, Yulius menegaskan arahan untuk pemerintah daerah ialah memperkuat sektor yang berpotensi mengalami kenaikan seperti energi dan tambang, kelapa sawit, serta gandum.

KemenKopUKM juga meminta pemerintah daerah untuk mempersiapkan penyelenggaran BPUM di tahun ini, melakukan prioritas untuk UMKM terkait kebijakan subsidi upah, kenaikan upah minimum perlu memetakan kesiapan UMKM, dan membantu penyusunan data tunggal agar program UMKM tetap sasaran.(srv)

Exit mobile version