Masih Jual Bahan Mentah, Indonesia Percepat Hilirisasi Industri Nikel

Acara Simbolys

Penandatanganan perjanjian pembiayaan smelter PT CMP. (dok Kementerian ESDM)

INDOPOS.CO.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, sesuai amanah Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba), pemerintah berkomitmen untuk mendorong dan mempercepat hilirisasi industri nikel di Indonesia.

Agar menghasilkan nilai tambah, menurut dia, salah satunya melalui pembangunan smelter. “Selama ini kita selalu kehilangan kesempatan untuk memperoleh nilai tambah dari pengelolaan nikel kita,” ujar Arifin Tasrif dalam keterangan, Selasa (12/4/2022).

Dikatakan dia, ada banyak kendala yang dihadapi dalam mempercepat hilirisasi. Mulai dari teknologi yang masih terbatas hingga pendanaan yang tidak tersedia. Hal ini menyebabkan Indonesia masih menjual bahan mentah.

“Dengan implementasi UU Minerba, hilirisasi ini telah memberikan perubahan, dimana nilai tambah dari ekspor nikel sudah mencapai USD 20 miliar, jauh berbeda jika dibandingkan dengan ekspor material mentah,” bebernya.

Menurut Arifin, komoditi Nikel memberikan prospek besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain untuk dikonsumsi di dalam negeri, produk nikel juga sangat penting untuk industri baja.

Di lain pihak, komoditi nikel juga sangat penting dalam mempercepat transisi energi, utamanya dalam mendukung industri baterai dan kendaraan listrik. “Ini jadi nilai strategis bagi Indonesia. Karena itu saya meminta CNI Group untuk mengembangkan hilirisasi berbagai produk lain secara global,” katanya.

Ia menjelaskan, dukungan pendanaan oleh perbankan terhadap proyek smelter CNI Group ini menjadi salah satu inisiatif Kementerian ESDM selama ini untuk membantu proyek-proyek smelter di Indonesia yang mengalami kendala.

Berdasarkan catatan Arifin, jumlah proyek yang menunjukkan kemajuan kurang menggembirakan sempat mencapai 57 proyek pada beberapa waktu lalu. “Dari inisiatif Kementerian ESDM, jumlah proyek smelter yang mandek kini telah berkurang. Dari semula 57 smelter menjadi 12 smelter yang terdiri dari 8 smelter nikel, 3 smelter bauksit dan 1 smelter mangan,” bebernya.

Sebelumnya, pemerintah dan perbankan Indonesia mendukung penuh investasi pabrik pengolahan (smelter) nikel yang dibangun oleh PT Ceria Nugraha Indotama Group (CNI Group) melalui anak usahanya PT Ceria Metalindo Prima (CMP).

Dukungan nyata pemerintah dan perbankan tersebut diwujudkan melalui pemberian fasilitas pembiayaan term Ioan senilai USD277,6 juta untuk pembangunan Line I fasilitas pengolahan Bijih Nikel Laterit Rectangular Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) 1 x 72 MVA di Blok Lapao-pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara.(nas)

Exit mobile version