INDOPOS.CO.ID – CEO Black Boulder Capital Timothy Tandiokusuma memberikan data dan prediksinya mengenai faktor yang mengarah pada terjadinya krisis. Diantaranya potensi perang dunia ketiga, antara Rusia dengan NATO.
Rusia mendeklarasikan mereka tidak akan ragu untuk mendeklarasikan perang dengan NATO dan sekutunya. Bila benar terjadi, maka mengakibatkan perguncangan ekonomi global.
Inflasi global super tinggi. Inflasi di Amerika Serikat mencapai 8 persen lebih, di Jerman 7 persen lebih, di Inggris 9 persen lebih (di Inggris tertinggi dalam 40 tahun). Sejarah membuktikan sebelum krisis moneter di 1998, 2008 , inflasi global selalu mencapai titik tingginya.
“Ini tanda-tanda krisis moneter sudah di depan mata. Harga Index dunia dan dunia saham secara global berpotensi turun jauh, seperti di krisis moneter sebelumnya,” kata Timothy dalam keterangannya, Jakarta, Senin (23/5/2022).
Pertanda lain ialah harga emas dan minyak dunia yang sedang berada di titik tinggi. Setiap krisis global, selalu berbarengan dengan harga komoditas dunia yang tinggi, terutama emas dan minyak.
“Indikator penting lainnya adalah FED dan Central Bank setiap negara sudah mulai menaikkan suku bunga pokok secara signifikan,” tuturnya.
Sejarah membuktikan di setiap krisis moneter, tidak secara kebetulan selalu berbarengan dengan naiknya suku bunga pokok secara signifikan.
Data tersebut bisa dapat ditemui di media dan berita laman pencarian google, bahkan banyak pakar dunia sudah mulai mewanti-wanti akan krisis moneter super di depan mata.
“Cash is king, dalam hal ini banyak pakar dan ahli meperingatkan untuk mempersiapkan datangnya krisis ini,” ucapnya.
Siklus krisis moneter hampir selalu terjadi di setiap sekitar 10 tahun sekali. Akan bijaksana apabila kita semua sadar dan siap mengantisipasi guncangan yang akan datang melalui krisis moneter.(ibs)