Mahasiswa Diajak Jadi Wirausaha Manfaatkan Potensi Ekonomi Digital Rp5.400 Triliun

teten

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, saat menjadi pembicara kunci di Kuliah Umum Kewirausahaan, pada acara Paten Goes To Campus, di Universitas Muhammadiyah, Purwokerto (UMP), Jawa Tengah, Sabtu (4/6). Foto: KemenkopUKM

INDOPOS.CO.ID – Mahasiswa diajak menjadi wirausaha untuk memanfaatkan potensi ekonomi digital di tanah air yang bisa mencapai Rp5.400 triliun.

“Potensi ekonomi digital di Indonesia sebesar Rp5.400 triliun harus bisa dimanfaatkan para wirausaha mapan baru dari kalangan kampus (mahasiswa) berbasis anak muda inovatif dan berpendidikan tinggi,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki, saat menjadi pembicara kunci di Kuliah Umum Kewirausahaan, pada acara Paten Goes To Campus, di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jawa Tengah, Sabtu (4/6).

“Jangan sampai potensi tersebut dikuasai asing. Pasalnya, saat ini, sekitar 50 persen produk yang ada di e-commerce merupakan barang impor. Para wirausaha muda saat ini, selain harus mampu menguasai pasar dalam negeri, juga harus kompetitif di pasar global,” tambahnya.

Di acara sekaligus pembukaan Enterpreneur Creative Project (ECP) 2022, Menteri Teten mengajak wirausaha muda untuk meningkatkan kemampuan dalam berkompetisi.

“Ke depan, produk UMKM kita harus berbasis inovasi, kreativitas, dan teknologi. Dan itu harus disiapkan oleh kita semua, termasuk dari lembaga kampus,” ujar Teten.

Oleh karena itu, ia berharap perguruan tinggi termasuk UMP harus kuat dalam mengembangkan inkubator bisnis di lingkungan kampus.

“Pilih 2-3 produk unggulan untuk dikembangkan hingga memiliki daya saing tinggi di pasar,” ucap Teten.

MenKopUKM meyakini dari UMP bakal lahir banyak wirausaha muda berbasis kampus dan anak muda.

“Pangsa pasar anak muda sekarang ini adalah produk-produk custom atau handmade. Ini peluang bagi para pelaku startup,” imbuhnya.

Hanya saja, MenkopUKM mengingatkan, dengan pasar terbuka seperti saat ini, bukan hanya produk startup Indonesia bisa masuk ke pasar dunia, tapi produk luar negeri juga bisa masuk ke pasar nasional.

“Jadi, kita harus kompetitif. Artinya, kita harus kuat dalam ide dan kreativitas,” tuturnya.

Selain itu, Menteri Teten juga menyebutkan, ada 1,7 juta sarjana lulus setiap tahunnya, tetapi jumlah itu tentu tidak akan mampu terserap semuanya dalam dunia kerja.

Dan berdasarkan penelitian Asia Pacific Young Entrepreneurs Survey 2021 menunjukkan bahwa 72 persen generasi Z dan milenial bercita-cita menjadi wirausaha.

“Universitas saat ini harus mengubah pola pikir melalui kurikulumnya dalam mencetak sarjana, untuk menjadi wirausaha berpendidikan yang berdaya saing dan inovatif dengan menciptakan lapangan kerja, bukan lagi pencari kerja,” ujar Teten.

Bagi MenkopUKM, universitas berperan penting dalam memajukan kewirausahaan. Salah satunya dengan mendorong spin-off kewirausahaan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, melahirkan wirausaha yang memiliki inovasi, kompetitif, serta siap tarung, baik di pasar domestik maupun global.

Anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah yang juga hadir, mengapresiasi program peningkatan kewirausahaan dari lingkungan kampus yang terus digulirkan KemenKopUKM.

“Ini program kongkrit yang harus didukung,” ucapnya.

Mukaromah pun menyebutkan pihaknya akan mengawal jalannya program kewirausahaan, terutama dalam hal dukungan anggarannya.

“Kita akan mengawal ketersediaan anggaran bagi program yang kongkrit untuk masyarakat. Tentunya, dengan melihat kondisi keuangan negara,” tambahnya.

Sementara itu, Rektor UMP Jebul Suroso menekankan, UMP merupakan Rumah UMKM, yang memiliki kurikulum dan mata kuliah kewirausahaan dengan tujuan meningkatkan jiwa enterpreneur di kalangan mahasiswa.

“Kita akan mengubah pola pikir mahasiswa, ketika lulus kelak mampu menjadi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja,” kata dia.

Menurut Rektor UMP, kegiatan ECP juga sebagai kegiatan untuk mengaplikasikan mata kuliah kewirausahaan yang telah diikuti mahasiswanya. Dimana mahasiswa FEB UMP harus mampu membaca pasar.

“Lebih dari itu, selain dapat meningkatkan kreativitas pelaku usaha yang lebih pandai membaca pasar, juga agar tidak mudah putus asa,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, beberapa enterpreneur muda yang sudah sukses di bidangnya memberikan testimoni dan motivasi. Andika Eka Putra, misalnya. Lulusan FEB UMP tahun 2015 ini, tercatat sukses dengan melambungkan brand Nggone Kayu.

Andika memproduksi segala macam furnitur dari bahan limbah pallet peti kemas kayu jati Belanda, menjadi produk yang memiliki nilai tinggi.

“Saya sudah lima tahun menekuni bisnis ini,” katanya.

Meski begitu, Andika mengaku kesuksesan yang diraihnya bermula dari banyaknya kegagalan. Pertama kali berbisnis, Andika jualan es puter memakai gerobak di tengah kesibukan menyelesaikan skripsi.

Setelah itu, Andika beralih berjualan daster batik dengan pangsa pasar komunitas ibu-ibu arisan. Kemudian, usaha cuci steam motor pun dilakoninya.

“Saya menganggap kegagalan ini bukan sebagai kegagalan. Tapi, sebuah pelajaran berharga agar menjadi lebih kuat dan tangguh,” tuturnya.

Dengan memanfaatkan sosial media dan promosi dari mulut ke mulut, bisnis Nggone Kayu milik Andika mampu mendulang omzet tak kurang dari Rp100 juta perbulan. Pangsa pasarnya pun sudah meluas ke kancah nasional. “Kita juga sudah masuk ke NTT,” sambungnya.

Pebisnis muda lainnya, Heri Kristanto, juga merengkuh sukses dengan brand Durian Kampung dan Durian Traveler, setelah jatuh bangun membangun usaha di sektor lain.

“Saya fokus di durian sejak 2018,” kata putra asli Purwokerto tersebut.

Heri bercerita, sebelum bisnis durian, dirinya pernah melakoni usaha sebagai loper majalah, advertising (sablon, reklame), hingga desain interior. Kini, Durian Kampung sudah memiliki empat cabang dengan omzet lumayan besar.

“Bisa membeli rumah, mobil, dan lainnya. Jadi, intinya melakoni usaha itu harus bidang yang disukai dan bisa bikin happy. Kebetulan, saya penyuka durian,” tuturnya. (adv)

Exit mobile version