Tingkatkan Pemahaman Sadar Wisata, Kemenparekraf Sasar Pelaku Pariwisata Wakatobi

desa wisata

Desa Wisata Liya Togo. Foto: Kemenparekraf/Baparekraf untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) terus berupaya meningkatkan pemahaman pelaku pariwisata untuk pengembangan pariwisata di wilayah pedesaan. Salah satunya dengan menggelar kampanye sadar wisata hingga 2023.

Sesuai rencana, kampanye sadar wisata yang terdiri dari tahapan sosialisasi, pelatihan, penyusunan program pengembangan desa wisata, pendampingan, penilaian dan apresiasi ini akan menyasar 65 desa wisata di tahun 2022 dan 90 desa wisata di tahun 2023.

Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh mengatakan, para pelaku pariwisata tentu berharap para wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama, bahkan akan datang kembali.

“Untuk itu aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik sehingga menarik bagi wisatawan,” ujar Frans, dalam keterangannya, Senin (20/6/2022).

Hal senada, juga dikatakan Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Rinto Taufik Simbolon yang mewakili Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata, saat membuka sosialisasi sadar wisata di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi akhir pekan kemarin.

“Sosialisasi yang dilakukan di sini bertujuan agar masyarakat sebagai penggerak pariwisata benar-benar menjadi mandiri dalam melaksanakan atraksi pariwisata yang unik serta mempromosikan berbagai produk ekonomi kreatif kepada wisatawan yang berkunjung dengan berlandaskan prinsip Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE,” kata dia.

Menurut Rinto, para pelaku pariwisata di desa dan seluruh warga harus beradaptasi dengan perubahan perilaku wisatawan saat ini, karena terjadi perubahan perilaku wisatawan yang lebih menyukai destinasi wisata yang tidak terlalu ramai dan lebih memilih aktivitas yang dilakukan di ruang terbuka.

Wakatobi yang telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi prioritas pariwisata, memiliki potensi berupa keberadaan Taman Nasional Wakatobi yang sekitar 90 persen di dalamnya spesies karang dunia dan telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu kawasan cagar biosfer dunia.

Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi, Nadar mengatakan, masyarakat Wakatobi memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam pengembangan desa wisata.

“Pengembangan destinasi dan promosi jika tidak dibarengi dengan pengembangan kapasitas SDM dan para pelaku pariwisata tentu tidak akan lengkap, karena kami ingin wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini terkesan sehingga ingin datang kembali,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno mendorong para pelaku pariwisata di desa untuk menghadirkan alternatif wisata yang menawarkan pengalaman yang unik bagi wisatawan melalui produk lokal dan atraksi daerah yang dimiliki.

“Covid-19 berdampak signifikan, khususnya bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kita perlu mendorong pariwisata berbasis kualitas yang menawarkan pengalaman unik yang membawa kenyamanan bagi para wisatawan. Desa wisata menjadi salah satu alternatif wisata alam yang dapat menghadirkan keunikan, melalui ciri khas produk lokal dan atraksi daerah,” beber Sandiaga.

Tidak hanya itu, Sandiaga Uno juga menegaskan pentingnya penerapan Sapta Pesona dan CHSE. Ini menjadi suatu hal yang sangat krusial dan penting untuk meyakinkan wisatawan, karena akan mengubah wajah pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di era pandemi yang perlahan menuju endemi. (rmn)

Exit mobile version