Siapkan Mitigasi Resesi, DPR: Waspadai Kuartal Pertama dan Kedua di 2023

Penghitungan Uang

ilustrasi ekonomi Foto: dok indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra Kamrussamad menegaskan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini cukup optimistis. Sampai dengan kuartal kedua 2022 hingga kuartal ketiga tahun ini.

“Sebenarnya ekonomi kita sedang menanjak, tapi datang inflasi. Dan ini yang harus dikendalikan, supaya daya beli masyarakat yang sudah naik turun lagi,” ujar Kamrussamad melalui gawai, Kamis (21/7/2022).

Menurut dia, kondisi tersebut bisa dijaga dengan otoritas fiskal dan bauran kebijakan moneter. Lebih jauh dia mengungkapkan, kesiapan Indonesia menghadapi kemungkinan terburuk harus dengan mitigasi.

“Pemerintah harus ada mitigasi, untuk menghadapi kemungkinan eskalasi,” katanya.

Seperti Amerika Serikat, dicontohkan dia, sudah menghadapi resesi. Kendati neraca dagang Indonesia dengan Amerika hanya 18 persen. Namun sejumlah mitra dagang Amerika menjadi mitra dagang utama Indonesia.

“Itu ada Jepang, China, Korea Selatan dan negara lainnya. Dan ini harus kita waspadai, karena bisa menjadi ancaman ekonomi akibat gangguan suplai,” bebernya.

Dikatakan dia, ada dua tema utama di dalam negeri yang harus diperhatikan pemerintah Indonesia. Yakni jaminan ketersediaan pangan di dalam negeri (food security).

“Seperti stoknya bagaimana, distribusi seperti apa? Sehingga harga terkendali dan ketersediaan stoknya,” ujarnya.

Lalu, masih ujar dia, energi yang aman dan tidak menganggu industri serta pergerakan ekonomi di dalam negeri. Sebab, gangguan suplai di tingkat global.

“Kalau semua bisa dijaga, maka kuartal ketiga bisa tumbuh dan kuartal keempat bisa kita lihat,” ucapnya.

“Yang perlu diantisipasi itu kuartal dan kedua pertama 2023 mendatang. Kalau polatilitas harga dunia masih terjadi pada batubara, sawit dan lainnya anjlok pada kuartal keempat,” imbuhnya.

Pemerintah juga, menurut dia, harus mengembalikan produktivitas masyarakat yang sejak dua tahun terakhir turun. Akibat bantalan sosial (bantuan sosial) dan pascapandemi yang belum normal.

“Ini juga perlu kita waspadai, karena data BPS kuartal pertama belum normal malah cenderung menurun,” ujarnya.(nas)

Exit mobile version