Sri Lanka Bangkrut, Ekonom: Waspada Ancaman Krisis di Indonesia

Inflasi-Uang

ilustrasi inflasi Foto: dok indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Indonesia telah mengalami krisis berkali-kali. Seperti 1965, 1998, 2008 dan tahun ini jadi ancaman.

Pernyataan tersebut diungkapkan Ekonom Prof Didi Rahmadi di Jakarta, Kamis (21/7/2022). Namun demikian, menurut dia, Indonesia memiliki pengalaman menyelesaikan krisis dengan baik.

“Kalau tidak waspada, ancaman krisis 2022 bisa terjadi. Sebelum 1998 pertumbuhan ekonomi 7 persen, semua mengatakan hebat. Tapi tiba-tiba krisis terjadi saat itu,” terangnya.

Melihat ancaman tahun ini, dikatakan dia, adalah inflasi. Sebab, negara Sri Lanka yang bangkrut karena inflasi.

“Kita punya sumber daya banyak, dari APBN hingga produk (batubara). Jadi harus digunakan dengan bijaksana,” katanya.

“Tidak kemudian kekayaan alam dihabiskan. Nanti presiden mendatang memiliki beban berat,” imbuhnya.

Untuk APBN, masih ujar dia, saat ini digenjot hingga dua kali lipat. Sehingga utang negara saat ini Rp7.000 triliun, ditambah BUMN mendekati Rp10.000 triliun. Sementara era presiden sebelumnya (Presiden SBY) hanya Rp2.600 triliun.

“Sekarang bunganya saja sudah Rp500 triliun. Dan tahun yang akan depan harus berhutang Rp1.500 triliun (3 kali anggaran SBY),” ungkapnya.

“Jadi waspada saja, kita kekuatan tapi juga ada kelemahan,” imbuhnya.(nas)

Exit mobile version