Manfaatkan Dana Bergulir, Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau NTB Terus Bekembang

Katala-Batu-Hijau

Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau NTB Melaju Positif. Foto: kemenkop UKM for indopos

INDOPOS.CO.ID – Pada masa transisi pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, banyak pelaku usaha yang masih menghadapi guncangan likuiditas, tak terkecuali yang dialami oleh sejumlah koperasi di Indonesia. Meskipun jumlah koperasi terus meningkat sehingga memberi kontribusi positif bagi pembangunan nasional, namun tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak ditemukan berbagai kendala ekonomi yang berdampak pada penurunan omzet usaha anggota dan koperasi.

Tantangan tersebut menjadi pendorong bagi pengembangan dan penguatan koperasi yang erat kaitannya dengan pengelolaan manajemen kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini dalam upaya peningkatan manajemen koperasi dalam menjalankan roda usaha yang membutuhkan pembinaan dan pendampingan dari berbagai pihak terutama pemerintah.

Peningkatan manajemen dan kelembagaan koperasi yang hingga kini dilakukan juga oleh salah satu koperasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Koperasi yang dikenal dengan nama Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau, merupakan koperasi primer tingkat provinsi yang berlokasi di Complex 2100 Building #620 Townsite Batu Hijau Project Desa Sekongkang Atas NTB.

Koperasi dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) atau dulu dikenal dengan nama PT New Mont merupakan perusahaan pertambangan tembaga dan emas yang terletak di Pulau Sumbawa NTB. Koperasi yang berdiri sejak tahun 1995, awal pembentukan bernama Koperasi Karyawan Katala PT New Mont NTB. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2017 terdapat Perubahan Anggaran Dasar (PAD) dan mengganti namanya menjadi Koperasi Katala Batu Hijau. Kemudian pada tahun 2022, berganti lagi namanya menjadi Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau.

Senior Manajer Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau Ruliana mengatakan, koperasi menjalankan beberapa usaha antara lain, unit simpan pinjam (USP), waserda, kuliner, pelayanan pack meal (paket makan), pengelolaan Radio Suara Amman dan pengelolaan lapangan golf. Selain itu, koperasi juga memiliki sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasional usaha seperti, kantor, lokasi lapak kuliner, studio radio, gudang untuk penyimpanan bahan waserda, dan lapangan golf.

“Tahun 2022, Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau memutuskan untuk mengajukan pembiayaan ke Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM). Hal yang menjadi pertimbangan dalam mengajukan pembiayaan yaitu dalam upaya memenuhi kebutuhan modal usaha pengadaan pack meal (paket makan) security dan bahan persediaan waserda dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha, modal usaha pengadaan makanan tambahan kalori security dan pengelolaan lapangan golf,” jelas Ruliana.

Dukung Koperasi Sektor Riil

Ruliana menambahkan, Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau menganggap komitmen LPDB-KUMKM untuk membantu UMKM sektor riil sangat besar, ditambah dengan tarif layanan bagi hasil yang sangat murah. Atas dasar tersebut mendorong koperasi mengajukan proposal pembiayaan ke LPDB-KUMKM. Pada Juni 2022, koperasi mendapatkan persetujuan pembiayaan sebesar Rp4,5 miliar.

“Informasi awal mengenai LPDB-KUMKM kami dengar pertama kali pada tahun 2013, pada saat itu koperasi telah mengajukan pembiayaan namun belum berhasil karena kekurangan jaminan berupa fix asset. Pengajuan kembali dilakukan setelah mendapat informasi dari mitra rekanan LPDB-KUMKM yaitu Asuransi Askrindo yang memediasi Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau dengan LPDB-KUMKM. Melalui sistem online, kami mengajukan proposal pembiayaan dengan melengkapi semua berkas dan syarat yang dibutuhkan seperti dokumen legalitas, fix asset, dan lain sebagainya” pungkas Ruliana.

Ruliana menjelaskan, sejak tahun 2005, koperasi pernah mendapatkan pembiayaan dari beberapa perbankan dengan total plafond sebesar Rp320 miliar dalam penyaluran pembiayaan ke anggota. Dan di tahun 2020 seluruh pembiayaan tersebut telah lunas. Untuk pembiayaan sektor riil, koperasi belum pernah menikmati fasilitas pembiayaan apa pun dari perbankan, hingga akhirnya untuk kebutuhan pembiayaan ini dapat dipenuhi oleh LPDB-KUMKM.

Dengan adanya pembiayaan LPDB-KUMKM ini, tambah Ruliana, koperasi merasakan dampak dan manfaat khususnya dalam pengembangan usaha, mulai dari office supply ke perusahaan, kemudahan pengadaan barang dari vendor dan UMKM-UMKM koperasi, serta pembayaran pengadaan yang tepat waktu. Ke depan, koperasi yang memiliki anggota sebanyak 598 orang dan total karyawan 35 orang, berencana untuk mengembangkan usaha produktif.

“Dalam waktu dekat kami akan mengembangkan usaha-usaha produktif, seperti empat mini commisari (waserda) di area administrasi mining (lokasi tambang) yaitu di lokasi proses pemurnian hasil mineral dan di area pelabuhan perusahaan, serta pembangunan tempat peleburan logam (smelter). Dengan bertambahnya pengelolaan commisari ini diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan sebanyak 15 orang. Oleh sebab itu, kami membutuhkan tambahan modal usaha,” papar Ruliana.

Selama 20 tahun berkiprah, Koperasi Konsumen Katala Batu Hijau akhirnya merasakan dampak sentuhan pemerintah melalui LPDB-KUMKM. Melalui usaha sektor riil yang dikelola, koperasi yang selama ini sangat kesulitan dalam mengembangkan usaha dapat terus melanjutkan usaha dalam mengelola waserda dan enam cabang waserda lainnya apalagi setelah mendapat pembiayaan dari LPDB-KUMKM. Selain itu, koperasi juga diharapkan dapat terus men-supply office dan kebutuhan perusahaan.

“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya atas kehadiran LPDB-KUMKM. Setelah 20 tahun beroperasi dan selama itu pula kami mengalami kesulitan dalam mengembangkan kegiatan usaha sektor riil, dan dengan adanya pembiayaan LPDB-KUMKM sangat luar biasa membantu pengembangan usaha kami. Kami berharap, LPDB-KUMKM tetap dapat membantu kami dan UMKM-UMKM lainnya,” harap Ruliana.

Senada dengan Ruliana, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo menyampaikan untuk memaksimalkan pelayanan dan mendapatkan mitra-mitra potensial agar mendapat akses dana bergulir, LPDB-KUMKM terus melakukan upaya “jemput bola”. Upaya ini untuk mendorong koperasi agar tumbuh dan berkembang, baik dari sisi produksi maupun skala bisnis, yang akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota sekaligus perekonomian nasional.

“Koperasi juga berperan sebagai aggregator bagi anggotanya, sehingga LPDB-KUMKM memiliki tanggung jawab dalam mendorong pelaku usaha khususnya koperasi sektor riil untuk meningkatkan produktivitas anggota. Selain itu, pada tahun 2024 pemerintah menargetkan pertumbuhan koperasi modern sebanyak 500 unit koperasi, sehingga melalui Kementerian Koperasi dan UKM diterapkan beberapa strategi di antaranya koperasi berbasis closed loop. Model ini dikembangkan sebagai koperasi “multi pihak”, dengan fokus pada koperasi sektor riil, pembiayaan, serta digitalisasi,” tambah Supomo.

Pada tahun ini, LPDB-KUMKM menyasar pada koperasi-koperasi sektor riil di daerah khususnya wilayah yang masih rendah penyaluran dan koperasi-koperasi baru yang belum merasakan manfaat dana bergulir LPDB-KUMKM. Selain memberi dukungan permodalan, LPDB-KUMKM juga mengoptimalisasi Program Inkubator Wirausaha. Strategi ini merupakan cara untuk menjaring mitra-mitra baru, khususnya pelaku UMKM yang akan diinkubasi untuk bergabung ke dalam wadah koperasi.

“Ke depan, seluruh koperasi di Indonesia diharapkan dapat merasakan dan menikmati manfaat pembiayaan LPDB-KUMKM. Dengan mengedepankan prinsip pelayanan Tri Sukses, yakni sukses penyaluran, sukses pemanfaatan, dan sukses pengembalian, LPDB-KUMKM terus mendampingi koperasi dalam pengajuan proposal pembiayaan. Harapannya, koperasi-koperasi yang memiliki potensi besar dapat meningkatkan tata kelola kelembagaan serta manajemen bisnis, khususnya sebagai wadah pengembangan ekonomi nasional melalui UMKM,” terang Supomo. (adv)

Exit mobile version