Soal Kenaikan BBM Subsidi, Pemerintah Tak Punya Pilihan Lain

Petugas SPBU

Ilustrasi

INDOPOS.CO.ID – Pengamat bisnis energi Universitas Padjadjaran Bandung Ali Nasir mengatakan, pemerintah tiLak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM. Menurut dia, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM agar terhindar dari beban subsidi APBN.

Meski setuju dengan kenaikkan harga, namun Ali mewanti-wanti agar pemerintah memikirkan dampak kenaikkan tersebut. Terutama untuk mengurangi akibat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Guna menjaga pertumbuhan ekonomi jangka pendek, pemerintah dapat memaksimalkan produksi dalam negeri dengan mengembangkan investasi,” kata Ali dalam keterangannya.

Sementara dalam jangka panjang, lanjut mantan Legal Advisor OPEC ini, pemerintah harus mengembangkan energi baru dan terbarukan serta mempercepat pengembangan kendaraan bertenaga listrik.

Menurut Ali, situasi global menjadi salah satu faktor terjadinya lonjakan harga minyak dunia sehingga dampaknya dirasakan oleh Indonesia. “Makanya, untuk sementara, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kita untuk tidak menaikkan harga BBM,” ujarnya.

Ali menambahkan, tidak ada yang bisa meramal kapan perang Rusia-Ukraina akan berakhir. Namun Ali memprediksi, perang tersebut itu akan berlangsung lama.

Pemerintah sendiri, akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara. Kenaikan ini mulai berlaku pada Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite dari Rp 7.600 menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter

Namun kata Ali, kenaikkan ini masih di bawah harga keekonomian. Jika dihitung harga keekonomian Pertamax sebesar Rp 15.150 per liter. Demikian juga Pertalite, harga keekonomiannya Rp13.150 per liter.(ibs)

Exit mobile version