Komitmen Turunkan Emisi, Harita Nickel Dukung Program Langit Biru

Komitmen Turunkan Emisi, Harita Nickel Dukung Program Langit Biru - harita 1 - www.indopos.co.id

Environmental Compliance Manager Harita Nickel, Iwan Syahroni (keempat dari kanan), didampingi Corporate Communications Harita Nickel, Anie Rahmi (keempat dari kiri), dan Media Relations Superintendent Harita Nickel Cepi Setiadi (ketiga dari kiri) berfoto dengan Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos Syarif Hidayatullah (ketiga dari kanan) bersama (kiri ke kanan) tim lintas divisi INDOPOS.CO.ID bertoto bersama usai bincang santai di sebuah mal di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (22/9/2022). Foto: Dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Harita Nickel berkomitmen menurunkan, emisi dari penggunaan kendaraan bermotor bahan bakar fosil demi mencapai netralitas karbon (Net Zero Emission) dan energi bersih. Itu sesuai perjanjian Paris Agreement, berfokus pada penanggulangan permasalahan iklim global.

Harita Nickel menjadi perusahaan pionir di Indonesia, dalam memproduksi bahan baku utama baterai kendaraan listrik berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Mereka melakukan pengelolaan lingkungan berkelanjutan di Pulau Obi, Maluku Utara.

“Sikap kami masih positif karena berkomitmen memperbaiki langit biru ini. Kita melakukan itu (pengelolaan lingkungan berkelanjutan-red),” kata Environmental Compliance Manager Harita Nickel Iwan Syahroni, saat berbincang dengan tim lintas divisi INDOPOS.CO.ID di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (22/9).

Pemerintah sudah menetapkan target-target besar di sektor energi terbarukan, yakni penurunan emisi karbon sebesar 29 persen pada tahun 2030 dengan upaya sendiri, atau mencapai 51 persen dengan dukungan komunitas internasional.

Menurut Harita Nickel, untuk mencapai hal tersebut perlu kerja sama semua pihak. Di sisi lain, secara nasional telah dilakukan berbagai aksi mitigasi pada semua sektor oleh penanggung jawab aksi mitigasi.

“Dalam upaya menyeimbangi bahan bakar fosil dan listrik semua berproses. dari sisi komitmen, pemerintah menetapkan 29 persen (penurunan emisi) kita coba lakukan,” ujar Iwan.

“Cuma pemerintah harus sama-sama melihat, karena ujung-ujungnya apapun yang kami keluarkan untuk mendukung pemerintah. Ini perlu kerja sama semua stakeholder,” tambahnya.

Ia menyadari, pemanfaatkan energi fosil termasuk batu bara tidak bisa hilang sepenuhnya, malah kini berpotensi membesar. Harganya kembali melonjak signifikan di pasar internasional.

Hal tersebut dipicu meningkatnya demand di pasar internasional. Serta akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina. Sebagian negara di Eropa mencari alternatif lain untuk menghasilkan energi listrik.

Upaya mengurangi dominasi energi fosil nasional masih butuh waktu cukup lama. Selain kelengkapan infrastruktur untuk energi baru terbarukan (EBT) belum tersedia secara masif, harga pengadaan EBT kini masih relatif mahal.

Namun, kembali ke tujuan awal bahwa perusahaan tersebut berkomitmen menurunkan emisi karbon di Tanah Air. “Harita ingin memastikan komitmen itu terjadi,” imbuh Iwan.

Indonesia telah memberikan komitmen berkontribusi terhadap penurunan emisi global melalui adopsi Paris Agreement dalam Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). (dan)

Exit mobile version