Harita Nickel Produksi 96.000 wmt Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

Tonny-H-Gultom

Direktur PT Halmahera Persada Lygend, Tonny H Gultom dalam acara focus gropu discussion (FGD) INDOPOS.CO.ID dan INDOPOSCO bertajuk "Mendukung Percepatan Kendaraan Listrik Nasional", di The H Tower, Jalan HR Rasuna Said, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (15/11)/2022). Foto: Dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Harita Nickel melalui unit bisnisnya PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) penggagas memproduksi bahan baku utama baterai kendaraan listrik berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) di Indonesia. Produksi tersebut dimulai sejak tahun 2021 lalu.

“Kami sudah beroperasi, produksi kami sekitar 96.000 wet metric ton (wmt) bahan baku untuk baterai mobil listrik. Bukan baterainya, tapi baru sampai bahan bakunya,” kata Direktur PT Halmahera Persada Lygend, Tonny H Gultom dalam acara focus gropu discussion (FGD) INDOPOS.CO.ID dan INDOPOSCO bertajuk “Mendukung Percepatan Kendaraan Listrik Nasional”, di The H Tower, Jalan HR Rasuna Said, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (15/11).

Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) demi menekan emisi gas rumah kaca, sebagai upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya mempercepat program kendaraan listrik.

Melalui produksi bahan baku tersebut, perusahaanya turut mendukung upaya penanggulangan perubahan iklim. Dengan mendorong penurunan emisi dari penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil.

“Kontribusi dari proyek kami nantinya akan jadi bahan baku baterai, kemudian baterainya diproduksi untuk kebutuhan Electric Vehicle (EV). Maka kita bisa menurunkan emisi,” jelas Tonny.

PTHPL mulai beroperasi pada pertengahan 2021 di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Pihaknya terus melakukan pembangunan hilirisasi di tambang nikel.

“Kami yang pertama di Indonesia, bukan di dunia,” ucapnya.

Namun, kehadiran mobil listrik di Indonesia masih ada jalan panjang. Proses HPAL dapat menghasilkan produk nikel kelas satu, yakni MHP dengan turunannya berupa nikel sulfat (NiSO4) dan cobalt sulfat (CoSO4) dapat dimanfaatkan bahan baku baterai.

“Berbicara kebutuhan mobil listrik itu tentunya jalurnya masih panjang. Kita bicara mulai bahan baku dari tambang, kemudian menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate, masih ada lagi turunannya. Menjadi pembuatan prekursor,” kata Tonny.

“Jadi kami masih di awal. Perlu investasi-investasi yang masuk juga untuk pembangunan hilirnya baik untuk prekusor, baterai dan mobil listrik itu sendiri,” tambahnya.

Adapun narasumber lain yang hadir dalam acara FGD yaitu, Director Of Operations PT. Venturindo Engineering, Didik Haryadi Haryadi selaku dan Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senda Hurmuzan Kanam.(dan)

Exit mobile version