Harita Nickel Konsisten Rehabilitasi Mangrove di Halmahera Selatan

rehabilitasi-mangrove

Harita Nickel dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Khairun Ternate secara konsisten merehabilitasi mangrove di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan melalui kegiatan monitoring dan penyulaman pada Kamis (8/12/2022). Foto: Dokumen Harita Nickel

INDOPOS.CO.ID – Harita Nickel bersama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Khairun Ternate terus konsisten dalam melakukan rehabilitasi mangrove di pesisir Desa Soligi, Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan.

Tak sekedar penanaman, ekosistem mangrove juga dijaga dengan monitoring secara berkala, pemeliharaan bibit yang telah ditanam dan penyulaman. Kegiatan ini juga melibatkan dan memberdayakan kelompok masyarakat sekitar.

Pada kegiatan monitoring dan penyulaman bibit yang dilakukan Kamis (8/12/2022), sebanyak 70 pohon penyulaman ditanam untuk mengganti bibit yang rusak dari 24.575 bibit yang di tanam akibat gelombang dan arus.

Kegiatan monitoring dan penyulaman sekaligus menjadi wujud keseriusan Harita Nickel dalam implementasi Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/MoU) kegiatan rehabilitasi mangrove sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Melalui unit usaha PT Trimegah Bangun Persada, Harita Nickel ikut menandatangani MoU pada 17 November 2022 lalu di Bali dan berkomitmen untuk bersama-sama mendukung kerjasama dalam meningkatkan luasan, kualitas rehabilitasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat mendukung pemenuhan target nasional 600 ribu hektare (Perpres 120/2020).

Director of Health, Safety and Environment Harita Nickel, Tonny H Gultom mengatakan, sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terus menjaga ekosistem dan sumber daya hutan mangrove di Pulau Obi secara berkesinambungan, serta melibatkan banyak pihak di dalamnya.

Tentu diperlukan kolaborasi banyak pihak dalam mensukseskan program rehabilitasi mangrove. Oleh karena itu, Harita Nickel bekerja sama dengan akademisi dan pemerintah, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar dalam kegiatan pembibitan, penanaman dan pemantauan kondisi mangrove secara mandiri.

“Harapannya hutan mangrove yang berhasil direhabilitasi akan menjadi sumber penghidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Tonny, dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/12/2022).

Aplikasi bambu untuk melindungi bibit mangrove meningkatkan keberhasilan bibit bertahan hingga 73 persen. Foto: Dokumen Harita Nickel

Sementara itu, Dekan FPIK Universitas Khairun, Dr. Janib Ahmad menjelaskan, ekosistem pesisir di Desa Soligi, terutama mangrove, saat ini memiliki potensi cadangan karbon biru yang sangat besar, yaitu sebagai penyerap serta penyimpan karbon alami yang kapasitasnya melebihi hutan tropis daratan.

“Satu helai daun mangrove, bisa menarik lima hingga tujuh kali emisi karbon biru. Artinya, 1 hektare mangrove, dengan tutupan 40 persen, dapat menarik 1.000 ton karbon biru. Jadi, dalam 20 hektare mangrove, maka dapat menarik 20 ribu ton karbon biru,” jelasnya.

Dalam dua tahun terakhir, total luas lahan mangrove yang telah direhabilitasi oleh Harita Nickel mencapai 22,49 hektare yang tersebar di Pulau Obi dan Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan.

Sebelum menggunakan bambu, tingkat keberhasilan bibit yang ditanam sejak Agustus 2022 hanya sebesar 49 persen. Setelah menggunakan bambu di Oktober, tingkat keberhasilan bibit bertahan naik hingga 73 persen.

Dalam dua tahun terakhir, total luas lahan mangrove yang telah direhabilitasi oleh Harita Nickel mencapai 22,49 hektare yang tersebar di Pulau Obi dan Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan.(srv)

Exit mobile version