Pemerintah Diminta Tetap Cermati Ekonomi Global, Meski Potensi Resesi Relatif Kecil

pardede

Chief Economist PT Bank Tbk, Pertama Josua Pardede dalam acara diskusi yang diselenggarakan oleh indopos.co.id dan indoposco bertajuk "Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resesi Global 2023 di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center, Jakarta, Selasa (7/2/2023). (INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Kondisi ekonomi global tengah dalam ketidakpastian sejak tahun lalu, akibat kondisi geo politik perang Rusia-Ukraina. Dampaknya sudah terasa, inflasi terus meningkat. Di sisi lain cukup menguntungkan bagi Indonesia.

Tingkat inflasi di berbagai negara global itu tinggi. Seperti di Amerika Serikat dan Inggris. Inflasinya tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Sehingga inflasi yang tinggi tersebut akhirnya harus direspons dengan kenaikan suku bunga bank central, misalnya di Amerika Serikat sudah naik dari sebelumnya 0,25 persen di awal 2022.

Sementara di akhir tahun 2022 menjadi 4,5 persen. Bahkan di akhir Januari 2023 sudah naik lagi. Saat ini suku bunga Amerika Serikat sudah 4,75 persen.

Chief Economist PT Bank Tbk, Pertama Josua Pardede mengtakan, kenaikan suku bunga itu akan berdampak pada perlambatan ekonomi global. Situasi perlu dilihat bersama-sama.

“Terkait proyeksi ekonomi global dari lembaga internasional semuanya cukup seragam, artinya dari proyeksi ekonomi global tahun ini memang diproyeksikan akan cenderung lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” Kata Josua dalam webinar Indopos.co.id dan Indoposco bertajuk Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resisi Global 2023 di Hotel Aston Kartika, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (7/2/2023).

Menurutnya, perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi negara maju. Namun, mengenai kondisi resesi global tak bisa dipukul rata di setiap negara, karena pertumbuhan ekonominya berbeda.

“Saya kurang sependapat apabila kita menggeneralisir kondisi resesi global, karena perlu kita lihat resesi global (minus-red) Indonesia, saya lebih sependapat tak semua negara di dunia mengalami resesi di tahun ini,” nilai Josua.

Mengenai ancaman resesi di tahun ini, Indonesia diprediksi bakal ‘selamat’ dan tak terlalu berdampak besar. “Jadi, makanya saya mengecualikan Indonesia salah satunya yang diperkirakan potensi mengalami resesinya relatif kecil,” nilainya.

Jika lihat proyeksi dari International Monetary Fund (IMF) pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, masih mengalami pertumbuhan positif.

“Kondisinya ekonomi domestik kita masih cukup baik, meski pun kita harus cermati kondisi ekonomi global yang melambat dari Amerika Serikat, Eropa dan Inggris,” ucap Josua.

Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kinerja perdagangan dan investasi. Dalam hal ini ekspor Indonesia, harga komoditas global diperkirakan cenderung akan lebih rendah di tahun ini.

“Karena di satu sisi mitra dagang, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Inggris. Sehingga akan mempengaruhi kinerja ekspor kita. Catatan BPS bahwa pertumbuhan ekonomi kita di kuartal 2022, 5,31 persen,” imbuhnya. (dan)

Exit mobile version