Potensi Resesi Ekonomi di Indonesia Relatif Sangat Kecil Terjadi

Potensi Resesi Ekonomi di Indonesia Relatif Sangat Kecil Terjadi - josua pardede1 - www.indopos.co.id

Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bertema: "Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resesi Global 2023," yang diselenggarakan oleh indopos.co.id dan indoposco.id di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center, Selasa (7/2/2023). Foto: Dokumen indopos.co.id dan indoposco.id

INDOPOS.CO.ID – Kondisi geopolitik perang antara Rusia dengan Ukraina membawa dampak terhadap kondisi ekonomi global terutama harga komoditas di satu sisi cukup menguntungkan Indonesia namun di sisi lain berdampak terhadap inflasi yang meningkat.

Tingkat inflasi berbagai negara secara global tinggi. Contohnya di Amerika Serikat dan Eropa tingkat inflasinya mencapai angka tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan kondisi inflasi yang tinggi itu harus direspons dengan kenaikan suku bunga bank sentral. Kenaikan suku bunga itu akan menyebabkan kelambanan ekonomi global.

“Tidak semua negara di dunia akan mengalami resesi tahun ini, salah satunya adalah Indonesia. Potensi resesinya sangat kecil. Kita bisa lihat proyeksi dari Bank Dunia dan IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Kondisi ekonomi domestik kita masih cukup baik. Kendati demikian, kita perlu terus mencermati kondisi ekonomi dunia yang melambat seperti Amerika, Eropa dan Inggris. Ini tentu akan mempengaruhi kondisi perdagangan dan investasi kita,” kata dia saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bertema: “Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resesi Global 2023,” yang diselenggarakan oleh indopos.co.id dan indoposco.id di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center, Selasa (7/2/2023).

Acara tersebut disponsori oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dan didukung oleh Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center.

Josua mengatakan, harga komoditas global akan cenderung lebih rendah tahun ini. Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja perdagangan khususnya ekspor.

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, pertumbuhan ekonomi kita positif di angka 5,31 persen. Ini mengindikasikan kerja sama dan koordinasi antara pemerintah dan DPR berjalan baik khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bertema: “Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resesi Global 2023,” yang diselenggarakan oleh indopos.co.id dan indoposco.id di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center, Selasa (7/2/2023). Foto: Dokumen indopos.co.id dan indoposco.id

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai positif terlihat sejak tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020 terjadi pertumbuhan negatif. Pada tahun 2022 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik mencapai 5,31 persen. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan investasi.

“Dua komponen inilah yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi tahun lalu,” ujarnya.

Beberapa indikator lainnya, kata Josua, dari angka penjualan otomotif baik roda dua maupun roda empat mengalami tren yang membaik pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021.

Hal yang sama terlihat pada kinerja perbankan pada tahun 2022 membaik, di mana pertumbuhan kredit meningkat.

“Dari sisi investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) berjalan cukup baik. Terutama dari sisi PMA terkait proyek hilirisasi nikel, pertambangan dan petrokimia berjalan cukup baik,” ungkapnya.

Sementara dari sisi PMA, investasi di bidang pertambangan, transportasi dan komunikasi serta real estate juga bertumbuh positif.

Berdasarkan data BPS terbaru, pertumbuhan di beberapa sektor juga baik seperti manufaktur, perdagangan dan lain-lain. (dam)

Exit mobile version