Teknologi Ini Sanggup Tangkap 40 Juta Ton CO2 per Tahun

honey

David Hutagalung, Honeywell President Indonesia & Philippines; Sofia Subur, Director HPS Indonesia; Dr. Luky Yusgiantoro, Executive Advisor, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas); Steven Lien, Honeywell President Asia Tenggara; dan Simon Reitmaier, Director Honeywell STS, usai acara Media Round Table Honeywell: Peran Teknologi Carbon Capture dalam Pengurangan Emisi Industri di Indonesia, yang digelar di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (25/7/2023). Foto: Dokumen Honeywell

INDOPOS.CO.ID – Teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) secara resmi dihadirkan Honeywell. Dengan teknologi ini, pelaku industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau dan memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca.

Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.

Presiden Honeywell Asia Tenggara dan Chief Commercial Officer High Growth Regions, Steven Lien mengatakan, teknologi Honeywell siap untuk menangkap emisi karbon dioksida dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah agar dapat digunakan untuk beragam aplikasi.

“Penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon,” ujar Steven, dalam Media Round Table Honeywell: Peran Teknologi Carbon Capture dalam Pengurangan Emisi Industri di Indonesia, yang digelar di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (25/7/2023).

Indonesia memiliki banyak sumber industri CO2, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pengolahan gas alam, kilang minyak dan pabrik kimia. Dengan banyaknya sumber daya penyimpanan geologis yang berpotensi menjadi lokasi penangkapan karbon di penjuru negeri, beberapa proyek terkait telah dimulai dan sebagian besar ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum tahun 2030.

“Indonesia memiliki formasi geologi yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon secara permanen dengan menggunakan teknologi yang tepat,” kata Dr. Luky Yusgiantoro, Staf Ahli Kepala SKK Migas.

Menurutnya, dekarbonisasi industri hulu dan berat merupakan langkah penting untuk mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060. Peraturan Kementerian ESDM 2/2023 yang diperkenalkan ini bertujuan untuk memotivasi dan memfasilitasi industri hulu di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.

“SKK Migas akan terus berperan aktif dalam penerapan CCS/CCUS di Indonesia di wilayah kerja hulu migas,” sebutnya.

Sofia Subur, Country Manager UOP Indonesia menyatakan, industri berat Indonesia lainnya juga bisa memulai pengurangan emisi gas rumah kaca mereka.

“Mereka dapat menggunakan teknologi teruji yang sesuai dengan skala dan kesiapan fasilitas operasional. Teknologi-teknologi Honeywell yang siap mendukung termasuk Leak detection & Remediation dan Energy efficiency & Optimization,” tuturnya.

“Dengan menerapkan teknologi dan solusi yang tepat bagi bisnis mereka, industri berat non-hulu dapat melakukan bagian mereka sekarang untuk mengurangi emisi karbon mereka,” tutupnya. (rmn)

Exit mobile version