Penjualan NCKL Naik Rp10,2 Triliun di Semester I-2023

Laba Operasional Capai Rp3,07 Triliun

tbp

Proses pemuatan produk Nikel Sulfat ke dalam kapal pengangkut. PT TBP Tbk melalui entitas asosiasi PT Halmahera Persada Lygend melakukan pengapalan perdana Nikel Sulfat pada Juni 2023. Foto: Dokumen PT TBP

INDOPOS.CO.ID – PT Trimegah Bangun Persada Tbk dan entitas anak (“Perseroan”) (kode saham: NCKL) membukukan penjualan Rp10,2 triliun di semester I tahun 2023, naik 89 persen dibanding Rp5,4 triliun di semester I tahun 2022.

Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya Perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini produksi HPAL maupun lini produksi RKEF.

Dari lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL), Perseroan mencatatkan kenaikan penjualan MHP dari 19.588 ton kandungan nikel di semester I-2022 menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel di semester I-2023, atau bertumbuh sebesar 22 persen.

Perseroan juga membukukan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton kandungan nikel di semester I-2023, atau naik 171 persen dari 13.910 ton kandungan nikel di semester I-2022.

“Perseroan juga mencatatkan sejarah sebagai perusahaan pertama di Indonesia dan terbesar di dunia (dalam kapasitas produksi), yang berhasil memproses MHP menjadi produk turunan lebih lanjut berupa Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel,” kata Corporate Secretary NCKL, Franssoka dalam keterangan tertulis, Rabu (2/8/2023).

Pabrik Nikel Sulfat telah berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi sebesar 240 ribu ton Nikel Sulfat/tahun sedangkan unit Kobalt Sulfat sedang dalam proses uji coba produksi. Perseroan telah melakukan ekspor perdana Nikel Sulfat sejumlah 5.800 ton Nikel Sulfat pada akhir semester I-2023.

Walaupun harga nikel secara global melemah sejak akhir tahun 2022, Perseroan berhasil membukukan laba bruto Rp3,5 triliun, atau naik sebesar 17 persen dibandingkan dengan Rp3,0 triliun di semester I-2022. Laba usaha juga meningkat sebesar 13 persen menjadi Rp3,07 triliun dari Rp2,71 triliun di semester I-2022. Sedangkan, laba periode berjalan meningkat 2 persen menjadi Rp3,21 triliun dari Rp3,16 triliun di semester I-2022.

“Perseroan mampu mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp1,38 triliun di kuartal II-2023, naik dibandingkan Rp1,37 triliun di kuartal I-2023. Di semester I-2023, Perseroan mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp2,75 triliun,” terang Franssoka.

Dari sisi produksi, Perseroan mentargetkan produksi sebesar 50 ribu-52 ribu ton kandungan nikel untuk produk MHP dan 90 ribu ton kandungan nikel untuk produk feronikel di tahun 2023. Perseroan juga mempunyai rencana untuk mengkonversi sebagian produk MHP menjadi Nikel Suflat dan Kobalt Sulfat di tahun 2023.

“Dengan makin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, Perseroan dengan semangat “dari Obi untuk Indonesia”, mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 (tiga) jalur produksi dengan kapasitas produksi 65 ribu ton kandungan nikel/tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan diharapkan akan mulai beroperasi di semester pertama tahun 2024.

Perseroan juga sedang merencanakan ekpansi lebih lanjut untuk lini produksi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) melalui entitas asosiasi yaitu PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang ditargetkan memiliki 12 jalur produksi dengan kapasitas produksi 185 ribu ton kandungan nikel/tahun (feronikel) dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai semester kedua tahun 2025.

Perseroan juga sedang dalam tahap perencanaan proyek baja nirkarat (stainless steel) dimana sebagian feronikel yang diproduksi oleh Perseroan dan entitas anak di sektor RKEF akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan produk baja nirkarat.

Dari sisi keberlanjutan, Perseroan akan terus memiliki komitmen untuk melakukan integrasi berkelanjutan di dalam proses bisnis, keterlibatan dan pembangunan masyarakat setempat, serta lingkungan. Perseroan juga akan terus melakukan konsultasi dan diskusi dengan Stakeholders serta Customers terkait di dalam penerapan standard ESG dan sertifikasi yang akan diterapkan di industri. (rmn)

Exit mobile version