INDOPOS.CO.ID – Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino menjadi langkah yang amat strategis dalam menghadapi musim kemarau. Lewat Gernas, Kementan optimistis bisa meminimalisir dampak daripada El Nino.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, ketika memberikan paparan di hadapan para pemangku kepentingan dalam satu acara diskusi, Rabu (27/9/2023).
Suwandi menjelaskan, Indonesia seperti diketahui mengenal musim kemarau dan hujan. Ini, kata dia, sudah menjadi ritme alam.
“Pada 2015 kita menghadapi musim kering yang lebih berat (elnino), sama seperti halnya tahun 1992 dan 1997.Pun pada tahun ini, Agustus-September menjadi puncak (kemarau),” bebernya.
Maka dari itu Kementan sudah sejak jauh hari melakukan mapping daerah, dengan kategori merah, kuning, dan hijau. Merah mengindikaskan sulit air, kuning perlu pompa atau sumur dan lain sebagainya sehingga perlu dipacu.
“sementara untuk daerah yang hijau sudah bisa dilakukan percepatan (ketersediaan airnya),” jelasnya.
Suwandi menambahkan pemetaan kondisi daerah menjadi salah satu acuan dalam melaksanakan program Gernas Penanganan Dampak El Nino. Teknisnya dengan menanam pada 500 ribu hektar lahan di sepuluh provinsi.
“Dilakukan paling tidak nanti dipanen di bulan November sampai awal Januari. 500.000 hektar ini sudah dipilih di daerah yang siap tanam. Jadi ada air sesuai mapping kami. Dan diharapkan target panen 3,0 juta gabah, jadi beras satu setengah juta ton,” ungkapnya.
Untuk lahan kering yang memang sulit dan yang di daerah lahan kering, Kementan mendorong dengan tanaman non padi.
“Biar bisa ditanam singkong jagung kedelai. Kalau jagung sulit pakai sorgum yang lebih hemat. Di daerah-daerah yang airnya terbatas kita arahkan tetap memilih menggunakan benih tahan kekeringan, hama penyakit,” terangnya.
Kementan, lanjut Suwandi, juga mendorong petani ikut asuransi usaha tani panen para petani sebagai antisipasi resiko yang akan terjadi.
Dalam kesempatan itu, Suwandi juga menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait produksi padi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus 2023, lahan panen 860 ribu hektare (ha), bulan September ini angka prognosa BPS ada 790 ribu ha, dan Oktober nanti 726 ribu ha.
Total Januari-November 9,86 juta ha produksi nya di prediksi sejak Januari-November 2024 nanti 29,4 konsumsi 28 juta ton sehingga masih ada lebih.
“Untuk Desember masih belum bisa di hitung karena karena tanam nya di September ini dan panennya Desember nanti. Itu perkembangan nya. Data BPS ini telah kami klasifikasi juga dengan data satelit kementerian pertanian dan laporan daerah dan melakukan kunjungan lapangan,” pungkasnya.(nas)