Bahan Bakar Fosil Bukan Satu-satunya Penyebab Perubahan Iklim

Hewan-Ternak

Ilustrasi hewan ternak. Foto: Dokumen AFFA

INDOPOS.CO.ID – Ribuan orang di seluruh dunia berkumpul dalam aksi Jeda Iklim Global untuk menuntut divestasi proyek bahan bakar fosil baru serta yang sedang berjalan. Di Indonesia, para aktivis pun terlihat melakukan aksi di Jakarta.

Meskipun aksi global ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran iklim, namun juga penting untuk dicatat bahwa bahan bakar fosil bukanlah satu-satunya penyebab perubahan iklim. Karena, industri peternakan juga merupakan salah satu kontributor penting perubahan iklim yang mungkin sering diabaikan.

“Kita dihadapkan pada kenyataan yang mendesak, angka yang mengkhawatirkan ini menunjukkan perlunya perubahan dalam sistem pangan kita saat ini,” ujar Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Act for Farmed Animals, koalisi organisasi perlindungan hewan Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal, Senin (2/10/2023).

Menurut laporan yang diterbitkan Komisi EAT-Lancet, sistem pangan yang sesuai dengan tujuan lingkungan dan gizi idealnya terdiri dari mayoritas makanan yang berbasis nabati.

“Peralihan ke pola makan yang lebih berbasis nabati dapat mengurangi dampak lingkungan dari sistem produksi pangan sekaligus mendorong peningkatan gizi. Hal ini mampu memainkan peran penting dalam memitigasi tantangan lingkungan dan meningkatkan kesehatan global,” katanya.

Panel antar pemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa Bangsa menggarisbawahi bahwa perubahan pola makan menjadi perihal yang penting untuk mengurangi dampak emisi yang berbahaya.

Pilihan pola makan, dengan berbasis nabati dipandang sebagai cara yang signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terkait dengan industri peternakan. Mengurangi ketergantungan pada produk hewani adalah salah satu cara paling signifikan yang dapat dilakukan untuk berkontribusi terhadap masa depan bumi.

“Dimulai dari perubahan di institusi kita, misalnya, dapat menjadi dasar bagi transformasi sistem pangan kita. Di Indonesia, program Nutrisi Esok Hari membantu lembaga swasta dan publik untuk mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan kesadaran tentang dampak pilihan makanan di kalangan siswa, guru, serta juru masak dan stakeholder lainya. Hal ini dilakukan dengan memberikan pelatihan dengan ahli gizi dan chef profesional secara gratis,” pungkasnya.(rmn)

Exit mobile version