Bagaimana Menentukan Momentum Tepat Jual dan Beli Reksa Dana Saham?

Investasi-Reksa-Dana

Ilustrasi

INDOPOS.CO.ID – Kebanyakan orang memahami jika selama berinvestasi, menganalisis instrumen investasi yang akan dipilih merupakan hal krusial untuk dilakukan. Namun, masih belum banyak yang menyadari jika selain melakukan analisis, memahami tentang momentum ketika berinvestasi juga menjadi hal yang tak boleh dilewatkan.

Lalu, seperti apa maksud memahami momentum saat menanam modal tersebut? Pada dasarnya, investor perlu mencermati kapan waktu terbaik untuk membeli atau menjual produk investasi yang dipilihnya. Jika tepat mengambil momentum, investor mampu memaksimalkan peluang keuntungan yang bisa didapatkannya, ataupun meminimalkan risiko kerugian.

Memahami momentum ini sangat penting bagi para investor, khususnya saat memilih instrumen investasi berisiko tinggi seperti reksa dana saham dan untuk tujuan jangka panjang. Lantas, seperti apa sih maksud dari momentum saat berinvestasi? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan tentang pengertian momentum saat berinvestasi reksa dana saham berikut ini.

1. Momentum pada Investasi Reksa Dana Saham
Secara teori, pada dasarnya investasi pada produk reksa dana saham dilakukan untuk tujuan jangka panjang atau 5 tahun ke atas. Oleh karena itu, tak ada acuan pasti tentang kapan investor sebaiknya melakukan investasi dan mulai menanamkan modalnya karena berorientasi jangka panjang. Asal dilakukan sedini mungkin dengan menyesuaikan kondisi keuangan dan kebutuhan, investasi reksa dana kemungkinan besar tetap akan bisa memberikan manfaatnya secara optimal.

Akan tetapi, kadang kala, terdapat waktu atau momentum tertentu yang menjadikan investor lebih mungkin untuk memperoleh timing tepat. Alhasil, peluang untuk mendapatkan keuntungan menjanjikan dalam jangka pendek ataupun jangka menengah masih mungkin untuk terjadi.

Momentum tersebut dapat dikenal dengan istilah bulan baik. Tentunya, selama satu tahun atau periode 12 bulan, ada beberapa momentum bulan baik yang penting untuk diketahui oleh investor agar lebih mampu mengambil langkah atau keputusan investasi yang terbaik. Pasalnya, pada momentum bulan baik tersebut investor bisa membeli produk reksa dana saham untuk dijual di kemudian hari dengan nilai yang cenderung meningkat dan mendapatkan capital gain menjanjikan.

2. Momentum Window Dressing
Pada dunia pasar modal, terdapat sebuah fenomena yang umumnya dikenal dengan sebutan window dressing dan menjadi salah satu momentum investasi yang perlu dipahami investor. Lantas, apa itu yang dimaksud dengan momen window dressing?

Dalam konteks investasi, khususnya reksa dana saham, istilah ini mengacu pada kondisi di bulan Desember atau penghujung tahun yang mana nilai saham umumnya selalu mengalami peningkatan. Fenomena ini biasanya terjadi di hampir semua pasar saham di seluruh dunia, termasuk bursa saham Indonesia.

Jika melihat data selama beberapa dekade belakangan, momentum window dressing ini memang selalu terjadi di bursa saham Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kinerja IHSG yang tak pernah negatif di bulan Desember atau penghujung tahun tersebut.

Dalam kata lain, apabila investor melakukan pembelian reksa dana pada akhir bulan November, lalu menjualnya pada akhir bulan Desember, kemungkinan mendapatkan capital gain terbilang cukup besar. Tentunya, hal tersebut hanya bisa terjadi dengan asumsi kinerja produk reksa dana saham mengikuti performa IHSG.

Yang menarik, tak peduli apakah kinerja IHSG selama setahun naik atau turun, momentum window dressing di bulan Desember ini selalu menunjukkan pertumbuhan. Walaupun secara logika sulit dijelaskan, tapi faktanya memang begitu dalam kenyataannya. Kendati demikian, dalam investasi, periode satu bulan tersebut memang terlalu pendek untuk bisa menunjukkan kinerja reksa dana secara umum serta belum tentu performanya setara dengan IHSG.

3. Momentum Sell in May & Go Away
Selain itu ada pula istilah sell in may & go away, di mana momentum tersebut mengacu pada sebuah strategi investasi untuk melepas saham di bulan Mei sampai Oktober. Lalu, dianjurkan untuk kembali masuk ke pasar saham saat November hingga April tahun berikutnya.

Momentum ini terjadi ditengarai karena asumsi di bulan Mei sampai Oktober, saham kerap didominasi sentimen negatif. Sebaliknya, di bulan November sampai April, sentimen positif lebih mungkin terjadi.

Berdasarkan pengamatan pada data IHSG terkait asumsi tersebut, sejak tahun 2010 sampai 2019, tercatat ada 5 pembukuan return positif serta 5 pembukuan return negatif pada periode Mei sampai Oktober. Rerata return positif di momentum ini pun kurang dari 2 persen, sedangkan return negatif bisa mencapai belasan persen.

Lalu, pada periode November sampai April, diketahui 7 kali pembukuan positif terjadi, dan hanya 2 kali imbal hasil negatif. Di periode ini, rerata keuntungan saat return positif adalah sekitar 7 persen.

Sementara ketika return negatif, penurunannya di bawah 1 persen saja. Jadi, bisa dipahami jika momentum ini memiliki peluang tinggi untuk terjadi dan perlu dipertimbangkan oleh investor.
Tetap Pahami Jika Performa Investasi Masa Lalu Tak Selalu Bisa Dijadikan Acuan.

Terlepas dari benar atau tidaknya momentum bulan baik pada instrumen investasi saham di atas, tetap pahami jika informasi di masa lalu tak selalu bisa dijadikan acuan. Investor tetap harus mempertimbangkan berbagai macam hal lain agar mampu mengambil keputusan investasi yang terbaik dan paling optimal. Dengan begitu, peluang keuntungan dari aktivitas menanam modal bisa menjadi lebih maksimal. (ibs)

Exit mobile version