PPIPI Libatkan Tenaga Pendidikan Edukasi Masyarakat Soal Sawit

PPIPI Libatkan Tenaga Pendidikan Edukasi Masyarakat Soal Sawit - sawit ip - www.indopos.co.id

Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia (PPIPI) Paristiyanti Nurwardani. (Kemendikbudristek untuk indopos.co.id)

INDOPOS.CO.ID – Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia (PPIPI) Paristiyanti Nurwardani mengatakan, kelapa sawit menjadi jenis komoditas pertanian yang memiliki daya saing yang tinggi. Dan telah memberikan kontribusi pada perekonomian nasional.

Data menunjukkan komoditas sawit telah memberikan kontribusi terhadap APBN senilai Rp 600 triliun, menyerap tenaga kerja antara 16 sampai 20 juta orang. Dan menyumbang penurunan subsidi pemerintah terhadap biodiesel senilai Rp164 triliun.

Komoditas sawit juga, menurut dia, bukan sekadar bahan ekspor biasa, tetapi tulang punggung ekonomi Indonesia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kontribusi dari kelapa sawit pada seluruh rantai distribusi mencapai 6 – 7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Produksi minyak kelapa sawit menurut data GAPKI 2022 mencapai 51,2 juta ton, yang sebagian besar ditujukan untuk ekspor sebesar 33,9 juta ton. Ada 10 sentra produksi sawit di Indonesia yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, yaitu Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim dan Kalsel

“Jadi sawit sebenarnya telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional Indonesia. Namun banyak Masyarakat yang belum mengetahuinya,” kata Paristiyanti dalam keterangan, Kamis (2/11/2023).

Hal itu terjadi, lanjut dia, karena kampanye negatif tentang sawit yang dilakukan oleh negara-negara asing. Beberapa serangan yang dilancarkan negara asing terhadap sawit di antaranya sawit Indonesia membahayakan lingkungan, menjadi sumber kolesterol hingga sawit Indonesia pemicu diabetes.

“Kampanye itu sudah menyusup ke lembaga pendidikan dengan isu bahwasanya sawit merusak lingkungan. Padahal justru sawit menyumbang oksigen yang sangat signifikan,” terangnya.

Ia menuturkan, Yayasan PPIPI berinisiatif melakukan edukasi fakta baik sawit. Tujuan kampanye tersebut membentuk sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit melalui pendidikan berkelanjutan. “Kami mengajak semua pihak bergotong royong untuk mengedukasi bahwa sawit itu baik, sawit memiliki kontribusi besar bagi perekonomian nasional,” jelasnya.

“Jadi kampanye #SawitBaik akan kita mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi,” imbuhnya.

Ia menambahkan, peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini. Tenaga pendidik yang dimaksud terdiri dari guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor hingga instruktur.

Di tempat yang sama, Komite Litbang BPDP-KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) Prof Bustanul Arifin mengatakan, bahwa strategi membangun reputasi sawit Indonesia ada 6 yakni terkait kecermatan dalam keputusan kebijakan di dalam negeri.

Lalu, menurut dosen pascasarjana SB-IPB (Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor) ini, karena adanya konsumsi biodiesel sawit Uni Eropa yang cenderung turun. Apabila jika gugatan Indonesia ke Uni Eropa tidak dikabulkan dalam sidang WTO.

“Strategi lainnya adalah pencarian pasar CPO baru di Asia Timur, Asia Tengah, pendampingan serta pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit,” katanya.

Menurut dia, strategi yang lain adalah promosi kelapa sawit sebagai investasi masa depan, benchmark untuk membangun diplomasi “sawit baik”. Ini bisa dilakukan melalui benchmark kepada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA).

“Kita harus menjaga ketahanan Industri sawit dengan melakukan berbagai program yang dapat memberikan sikap positip terhadap masayarakat melalui Pendidikan,” ujarnya.

“Jika hal ini tidak terlaksana dan membiarkan serbuan kampanye negatif dibiarkan, maka bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia diambang kehancuran,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version