Dukung Pencapaian Target Produksi Migas Nasional, PHI Terapkan Beragam Inovasi

ukw

PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan pemantauan lapangan di lokasi fabrikasi anjungan Proyek Sisi Nubi Area of Interest (SNB AOI), Senin (15/1/2024). Foto: PHI

INDOPOS.CO.ID – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan pemantauan lapangan di lokasi fabrikasi anjungan Proyek Sisi Nubi Area of Interest (SNB AOI).

Pada kegiatan tersebut juga dilaksanakan Seremoni Pemotongan Besi Pertama (first cut of steel) di yard milik PT Meindo Elang Indah di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, pada Senin (15/1/2024).

Proyek ini merupakan proyek penting yang dikelola oleh anak perusahaan PHI, yakni PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) untuk meningkatkan produksi gas dan minyak atau kondensat dari Wilayah Kerja (WK) Mahakam di Kalimantan Timur.

Direktur Utama PHI, John Anis mengatakan, perusahaan akan terus berinvestasi dalam kegiatan pengeboran eksploitasi dan eksplorasi secara aktif, serta menerapkan beragam inovasi guna mendukung pencapaian target produksi migas nasional.

“Nilai investasi proyek sebesar USD215 juta. Proyek ini diperkirakan memproduksi sekitar 130 MMSCFD pada saat puncak nanti dan akan menjadi tulang punggung produksi WK Mahakam,” ujarnya,

Proyek merupakan proyek pengembangan lapangan lepas pantai Sisi Nubi yang terletak 25 kilometer dari lepas pantai Delta Mahakam dengan kedalaman sekitar 60 meter hingga 80 meter.

Proyek ini sangat kompleks yang mencakup fabrikası dan instalasi enam anjungan, sekitar 22 kilometer jalur pipa, modifikasi tiga anjungan eksisting dan pekerjaan di bawah permukaan air laut yang memiliki tingkat risiko sangat tinggi. Rancangan kapasitas per anjungan rata-rata 30 MMSCFD dengan target onstream di akhir tahun 2025.

“Kita semua harus berkomitmen agar proyek ini dapat berjalan dengan lancar, dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja dan zero fatality (nihil fatalitas, red),” kata John.

Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menyampaikan, seremoni pemotongan besi pertama Proyek SNB AOI ini merupakan wujud nyata perkembangan proyek dan komitmen PHM dalam mendukung target produksi migas nasional pada 2030, yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari.

“Kegiatan hulu migas adalah salah satu kegiatan negara yang bertujuan menyediakan energi yang terjangkau bagi masyarakat luas. Di sini SKK Migas bertugas memastikan bahwa energi yang disediakan oleh negara, terutama minyak dan gas dapat menyuplai kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia,” ucap dia.

Kegiatan hulu migas, lanjut Nanang, merupakan kegiatan yang menghasilkan manfaat berganda. Di setiap proyek baru di hulu migas pasti ada ekosistem baru yang tercipta.

Nanang sangat mengapresiasi kinerja PHI dan PHM dalam pengelolaan WK Mahakam. Meski sudah beroperasi lebih dari 50 tahun, WK ini tetap mampu membuktikan eksistensinya dengan mempertahankan, bahkan meningkatkan produksinya di tengah tantangan laju penurunan alamiah dari lapangan-lapangan yang sudah mature.

“Tidak ada artinya keberhasilan pengeboran dan penyelesaian proyek jika terjadi fatalitas yang membahayakan pekerja. Keselamatan kerja ini harus menjadi hal yang paling utama dalam menjalankan tugas, khususnya bagi pekerja di lapangan. Kerja kita masif dan agresif untuk mencapai target, namun unsur safety jangan pernah dikesampingkan,” tegasnya. (srv)

Exit mobile version