INDOPOS.CO.ID – Yudi Eko Santosa, membangun bisnisnya, Kaytama, dari Jalan Cigayam, Sukasari, Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Namun, usahanya yang berbasis kayu itu tidak ciut, malah merambah hingga ke pasar mancanegara.
Yudi membangun bisnis ini bukan tergantung pada kantor operasi yang harus berlokasi di pusat bisnis, tapi rasa cintanya pada bisnis itu yang menguatkan.
Itulah mengapa Yudi berpegang pada prinsip ‘Ndeso Rasa Bule’, yang bisa diartikan, meski dari pedesaan, produknya tetap menembus 17 negara, tempat 35 kliennya berada.
“Kami memiliki tagline ‘Ndeso Rasa Bule’, karena biasanya eksportir itu berkantor pusat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Nah, teman buyer saya nggak pernah mau saya ajak ke sini (Banjarsari, red) karena gurauan mereka: tempat kamu itu ga ada di google map. Namun, alhamdulillah, saya bukannya minder, malah justru sering menantang teman-teman dari kota-kota besar, ayo, saya saja yang di kampung bisa,” ujar Yudi, kepada media yang menemuinya di kantornya, Jalan Cigayam, Desa Sukasari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Jumat (26/1/2024).
Yudi mengatakan telah mengekspor kayu olahan ke berbagai negara, seperti Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jerman, Polandia, Belanda, Belgia, Prancis, Slovakia, Yunani, Ukraina, Tiongkok, Vietnam, Singapura, Taiwan, dan Uni Emirat Arab.
Saat ini, Kaytama adalah pemasok produk kayu olahan yang menawarkan berbagai macam jenis kayu dalam berbagai bentuk produk jadi, mulai dari Exterior Decking (R1F/E4E/Groove/AntiSkid), Structural Engineered Timber Products (Glue Laminated & Plywood), Solid Timber Panel (Edge Glued & Finger Jointed Panels) dan Industrial components (Laminated Scantlings, Beams, Door Jambs & Frames).
“Kami bangga seluruh fasilitas kami telah mematuhi skema yang merupakan implementasi dari Voluntary Partnership Agreement (VPA) on Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) yang ditandatangani oleh negara-negara Uni Eropa,” jelasnya.
Hal ini seiring dengan upaya Pemerintah Republik Indonesia untuk mengkampanyekan pengakuan yang lebih luas khususnya untuk produk kayu olahan di pasar lain.
Muncul pertanyaan, bagaimana Yudi membangun Kaytama pada saat-saat awalnya berbisnis? Ia mengakui, pada awal dirinya mengawali usaha kayu olahan, ada bank yang membantunya memberi modal awal, sebesar Rp150 juta pada tahun 2014.
Bank yang Yudi maksud adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) atau BNI. Beruntung, bank ini tidak hanya menyalurkan kredit, tapi juga membangun sebuah program yang khusus didesain untuk membantu para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar mengglobal, yaitu BNI Xpora.
Dari BNI Xpora inilah, ia memperoleh bonus berupa informasi terkait calon buyer di luar negeri. Kaytama dapat terhubung dengan para buyer di luar negeri melalui business match-making yang diinisiasi oleh BNI Expora melalui jaringan kantor cabang BNI di luar negeri.
“Kami selaku perusahaan ekportir sangat terbantu dengan hadirnya BNI Expora, dimana kami bisa mendapatkan informasi apa saja yang dicari dan diinginkan buyer di luar negeri,” katanya.
Yudi menyebutkan akan terus menjalin kerja sama dan terus berharap mendapatkan dukungan dari BNI. Terbaru, Yudi berujar telah memperoleh pinjaman sebesar Rp1,5 miliar dari bank yang sama.
“Impian kami ingin memiliki pabrik industri penggergajian dan pengolahan kayu, kami sudah memiliki rencana untuk membangun pabrik tersebut di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur,” harapnya.
Sementara itu, Branch Service Manager BNI Kantor Cabang Banjar, Yoli Rinadi mengatakan, BNI Expora merupakan satu dari sejumlah inovasi dan transformasi yang dilakukan BNI untuk mendukung UMKM menembus pasar global.
Kaytama merupakan salah satu mitra BNI dari empat UMKM terbesar yang ada di Banjar. Kisah sukses Kaytama ini diharapkan bisa menjadi pemicu UMKM lainnya di Kabupaten Ciamis dan sekitarnya.
“Tentunya kami berharap keberhasian Pak Yudi bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Banjar,” tuturnya. (rmn)