INDOPOS.CO.ID – Agus, salah satu Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang kurang beruntung. Sekembalinya ke Tanah Air ia mendirikan Warjos (Warung Pojok Sahabat) yang dikelolanya bersama kelompok yang dikenal sebagai Sahabat Purnama.
Dengan dukungan Pertamina EP, para purna karya pekerja migran di Kabupaten Subang menginisiasi program pemberdayaan masyarakat, yang menaungi kegiatan Warjos, dengan nama Purnama Subang (Pekerja Migran Indonesia Berdaya Menjaga Lingkungan Bersama Subang.
Tujuan utama dari program Purnama Subang untuk menciptakan lapangan pekerjaan berbasis potensi lokal dan menghilangkan praktik calo serta ijon tenaga kerja. Dengan menjadikan Warjos sebagai pusat informasi dan pelatihan pekerja migran, diharapkan para Purna Pekerja Migran Indonesia (Purna PMI) dapat berkontribusi signifikan dalam pemberdayaan masyarakat lokal.
Purnama Subang juga menjadi wadah advokasi dan pemberdayaan bagi para Purna PMI. Kepada media, pada Rabu (2/10/2024) di Warjos, Agus dan kelompok Sahabat Purnama aktif memberikan edukasi mengenai proses menjadi pekerja migran yang aman, legal, dan sesuai prosedur, sehingga masyarakat yang berminat tidak terjebak dalam penipuan atau eksploitasi perdagangan manusia.
”Sejak diinisiasi 2022 lalu, kami terus memperluas cakupan program Purnama Subang dengan kolaborasi bersama jejaring advokasi pekerja migran, melalui pembentukan Sahabat Purnama di tingkat kecamatan. Sehingga ekosistem pelayanan terpadu dapat diwujudkan,” ujar Senior Manager Pertamina EP Subang Field, Ndirga Andri Sisworo.
Menurut data Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat menyumbang PMI terbanyak. Di Subang sendiri, pada semester pertama 2024, tercatat 4.323 warga Subang bekerja di luar negeri. Jumlah ini belum termasuk mereka yang berangkat secara non-prosedural.
Sementara itu, Head of Communication, Relation & CID Pertamina EP area Jawa Bagian Barat Wazirul Lutfi mengatakan, masyarakat masih berpikir bekerja sebagai migran bisa dengan cepat mengumpulkan uang. Tapi, begitu mereka pulang ke Indonesia, tabungan dan aset yang mereka hasilkan selama di luar negeri dengan cepat menguap.
“Kalau motivasi mereka untuk bekerja di luar negeri tetap besar, minimal mereka harus memiliki keahlian khusus sehingga mereka punya lebih banyak opsi untuk mendapat pekerjaan yang layak,” kata Wazirul.
Warjos menyediakan layanan konsultasi prosedur resmi menjadi tenaga kerja migran. Pertamina EP bekerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Subang, Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) tingkat provinsi dan kabupaten, dalam menyusun modul ketenagakerjaan migran sebagai panduan resmi calon pekerja migran.
Pertamina EP turut memberikan pelatihan literasi bahasa Inggris dan Mandarin untuk meningkatkan kelas para pekerja migran agar lebih mudah berkomunikasi sehingga meminimalisir penipuan kerja.
Tidak hanya itu, Pertamina EP juga memberikan pendampingan psikososial atau berbagi pengalaman antara Purna PMI dan masyarakat dalam mencari solusi dari permasalahan yang pernah dialami pekerja migran.
“Kami menyediakan aplikasi ‘SAPA Migran’ sebagai layanan edukasi luring agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas,” ujar Wazirul.
Bagi para purna migran, Warjos menjadi simbol harapan dan kesempatan baru mereka untuk bangkit, berdaya, dan berkontribusi bagi masyarakat.
Diketahui, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang berperan sebagai Subholding Upstream di lingkungan Pertamina. Peran Subholding Upstream yang dijalankan oleh PHE adalah sebagai pengelola lapangan hulu minyak dan gas bumi yang dioperasikan Pertamina baik di dalam maupun luar negeri.
Regional Jawa diberikan kewenangan oleh PHE untuk mengoordinasikan lapangan hulu minyak dan gas bumi di wilayah Jawa bagian barat yang meliputi PHE ONWJ, PHE OSES, Pertamina EP wilayah Jawa Barat dan Pertamina East Natuna. Area kerja Regional Jawa mencakup Provinsi DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat.
Regional Jawa terus berupaya meningkatkan angka produksi minyak dan gas bumi yang telah ditetapkan dalam rencana Kerja, dengan senantiasa menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) di setiap lini. Regional Jawa memegang teguh komitmen untuk menjaga prospek bisnis yang berkelanjutan dengan memprioritaskan keseimbangan dan kelestarian lingkungan serta berkontribusi dalam terwujudnya kemandirian masyarakat. (rmn)