Asyik Berwisata di Tengah Pandemi, Ini Caranya

Sapta Nirwandar Pengamat pariwisata Indonesia. Foto : Nelly Situmorang

Sapta Nirwandar Pengamat pariwisata Indonesia. Foto : Nelly Situmorang

INDOPOS.CO.ID – Kasus covid 19 kembali meningkat di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Ibu Kota, Jakarta. Peningkatan tersebut membuat beberapa agenda sepekan terakhir yang semula akan offline, kembali ke online seperti kegiatan sekolah, pemerintahan sampai berbagai bidang lainnya. Peningkatan covid 19 tersebut juga membuat sektor pariwisata kembali lagi mati suri, meski dibeberapa lokasi sudah mulai berbenah, dengan harapan awal tahun sudah membaik, sehingga pada kuartal pertama 2022, peningkatan sektor wisata bisa mulai terlihat.

“Situasinya belum kondusif, kita kembali masuk dalam level kewaspadaan. Apa pun bentuk kegiatan yang akan kita lakukan bisa tapi tetap mengikuti protokol kesehatan. Meski hal itu agak membutuhkan effort lebih ya khususnya bidang pariwisata,” ucap Sapta Nirwandar, pengamat Pariwisata Indonesia, kepada Indopos.co.id, Jumat (4/2/2022).

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Pariwisata era Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II itu lantaran dalam waktu dekat, Media Asosiasi Akademisi Praktisi Pariwisata Nusantata (MAPNUS) akan menggelar kunjungan ke beberapa destinasi wisata di Bogor. Kegiatan tersebut didasari momentum Imlek dan Cap Go Meh, dengan menggairahkan kembali wisata dalam negeri.

“Bogor punya potensi luar biasa dan bisa menjadi inter connector antara Sukabumi, Puncak dan Jakarta. Untuk acara mau dikemas secara hibryd atau webinar saja MAPNUS harus siap dengan story’ tellingnya dan dilengkapi dengan video untuk hal-hal yang belum teeungkap,” kata Sapta.

Dia setuju kalau berbagai pihak tetap harus memiliki semangat untuk menghidupkan pariwisata. Karena sektor jasalah (pariwisata) yang akan tetap berlangsung ketika sektor tambang, migas, batubara dan kekayaan alam lainnya kelak habis.

“Bogor itu memang destinasi yang sering terlewatkan. Padahal banyak yang belum terungkap selama ini seperti patung Buddha tidur dan sebagainya ada di Bogor,” akunya.

Sapta berharap kegiatan dari hal kecil ditengah keterpurukan bisa dikemas dalam bentuk wisata religi yang luas spektrumnya dan belum terlalu populer. Padahal wisata religi memiliki potensi, seperti Borobudur (pusat agama Budha), misa Agung di Flores Timur yang dapat mendatangkan wisatawan Portugis, Portugal dan Brazil, dan termasuk tradisi mudik lebaran.

“Wisata religi juga bisa menarik wisatawan lokal. Wisata religi juga bisa dijadikan event tahunan dari MAPNUS seperti event Waisak di Borobudur, Tabuik di Pariaman dan Bengkulu, Imlek dan Cap Go Meh, juga momentum mudik tiap lebaran,” pungkas Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) itu. (ney)

Exit mobile version