Kematian Akibat Kanker Serviks Tertinggi pada Wanita di Indonesia

kanker serviks

Ilustrasi. Foto: Instagram/@spesialiskankerserviks_kista

INDOPOS.CO.ID – Dokter Spesialis Kandungan Konsultan Onkologi dari Siloam Hospitals Mataram, dr. I Made W. Mahayasa, Sp.OG (K) Onk menyebutkan, data badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2018 menyebutkan kanker serviks merupakan kasus dengan kematian tertinggi untuk prevalensi kanker pada wanita di Indonesia.

Sementara data menurut Globocan 2020, menyebutkan kanker serviks memiliki kontribusi sebesar 24,5 persen atau sebanyak 2.261.419 kasus dari jumlah penderita kanker di dunia.

“Angka kematian wanita di dunia cukup tinggi, setiap 2 menit, 1 wanita meninggal karena kanker serviks dan di Indonesia 1 wanita meninggal setiap 1 jam,” ujarnya, dalam bincang-bincang seputar kesehatan dengan tema Deteksi Dini dan Pencegahan beberapa jenis kanker, seperti kanker Nasofaring, kanker Payudara, dan kanker Kandungan, yang digelar oleh Siloam Hospitals Mataram, Selasa (15/2), secara daring. Acara digelar salam rangka memperingati hari Kanker sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 4 Februari.

Dalam kasus kanker kandungan yang paling banyak dan sering dialami pada wanita umumnya adalah kanker serviks. Ini disebabkan karena virus umum, yaitu Human Papilloma Virus (HPV).

Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua jenis kanker, asalkan diketahui pada stadium awal. Skrining rutin menjadi hal yang sangat penting, yaitu untuk pencegahan sehingga dapat diobati dan mengurangi angka kematian.

Adapun deteksi dini dapat dilakukan melalui metode Pap Smear, IVA, Kolposkopi dan pemeriksaan HPV DNA yang tetap bisa dilakukan meskipun sudah pernah vaksinasi. Karena vaksin tidak memberikan perlindungan terhadap semua tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks.

Sementara, dr. Mochamad Alfian, Sp.THT-KL (K) Onk, FICS Spesialis THT Konsultan Onkologi Siloam Hospitals Mataram menyebutkan, kanker nasofaring sulit diketahui karena gejalanya sering kali baru muncul ketika sudah di tahap lanjut.

“Nasofaring merupakan salah satu bagian dari tenggorokan. Posisinya terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut. Penderita kanker nasofaring dapat mengalami gangguan dalam berbicara, mendengar, ataupun bernafas,” jelasnya.

Gejala umum yang dialami, yaitu gangguan saraf, tinitus, hidung tersumbat, telinga terasa penuh dan ludah bercampur darah. Tercatat 80 persen kasus terjadi pada pasien di usia 30-60 tahun. Untuk mengatasinya, dokter akan menggunakan metode terapi radiasi dan kemoterapi.

Sedangkan pada kasus kanker payudara, dr. Wahyu NS, Sp.B (K) Onk Spesialis Bedah Onkologi mengatakan, faktor risiko biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, haid pertama usia kurang dari 12 tahun, berhenti menopause pada usia di atas 50 tahun, tidak menyusui dan tidak mempunyai anak.

“Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan metode deteksi dini melalui cara pola hidup sehat dengan olahraga rutin dan teratur, serta lakukan kontrol secara berkala dan medical check up untuk mengetahui perkembangan kesehatan setiap tahun,” pungkasnya. (arm)

Exit mobile version