Bayi dengan Kondisi Down Syndrome Tinggi, Kenali Sejak Dalam Kandungan

PT Cordlife Persada

Peringatan hari down syndrome sedunia di Jakarta. Foto: Istimewa

INDOPOS.CO.ID – Kelahiran bayi dengan kondisi down syndrome di Indonesia terbilang tinggi. Menurut data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018, 0,21 persen permasalahan kelahiran pada bayi berusia 24-59 bulan berkaitan dengan kasus down syndrome.

Pernyataan tersebut diungkapkan Asisten Manager PT Cordlife Persada, Wita Pratiwi di sela-sela peringatan hari down syndrome sedunia di Jakarta, Minggu (27/3/2022).

Menurut dia, pada data Laju Pertumbuhan Penduduk di tahun 2018 terlahir 8.820 bayi dengan kondisi down syndrome. Untuk itu penting dilakukan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan ini setiap tahun.

“Ini bagian komitmen kami dalam mengedukasi masyarakat agar mereka dapat melakukan deteksi dini dan mempersiapkan perjalanan kehamilan terbaik,” katanya.

Ia berharap, dari kegiatan tersebut orang tua juga teredukasi mengenai persiapan sejak dini untuk perawatan anak dengan down syndrome yang lebih baik. Dan bisa menginspirasi bagi anak-anak dengan kondisi down syndrome agar terus maju berkarya.

“Kami menggandeng Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrom (POTADS) dalam kegiatan ini. Kami ingin masyarakat teredukasi, khususnya orangtua dengan anak berkebutuhan khusus,” ungkapnya.

“Pada peringatan kali ini kami mengadakan perlombaan talenta yang diikuti oleh ratusan anak down syndrome di seluruh Indonesia dengan talenta-talenta yang luar biasa,” imbuhnya.

Perlu diketahui, Down syndrome yang dikenal juga sebagai trisomi 21 adalah kelainan genetik yang dapat dideteksi sejak bayi masih berada di dalam kandungan. Kromosom manusia normalnya pada setiap sel berjumlah 46, namun bagi mereka dengan kondisi down syndrome memiliki jumlah 47 kromosom.

Kelainan tersebut dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak dan menimbulkan perbedaan khas pada struktur wajah, postur tubuh, dan ciri fisik lainnya.(nas)

Exit mobile version