Wujudkan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan, Ini Cara Kemenparekraf

Sadar Wisata

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar Sosialisasi Sadar Wisata di wilayah Borobudur, Yogyakarta dan Prambanan selama dua hari sejak Jumat-Sabtu, 10-11 Juni 2022. Foto: Kemenparekraf/Baparekraf

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kembali menggelar sosialisasi sadar wisata di 9 desa wisata di Kawasan Borobudur, Yogyakarta dan Prambanan (BYP) pada 10-11 Juni 2022.

Target sosialisasi ini bisa berlangsung di 65 desa wisata pada enam destinasi prioritas pariwisata selama tahun 2022-2023, dimana ini dilakukan dengan mengangkat tiga pilar pengembangan pariwisata yang meliputi unsur Sapta Pesona, CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability), serta Pelayanan Prima.

Kemenparekraf saat ini tengah berupaya mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, di antaranya meliputi empat aspek utama CHSE, yakni kebersihan, kesehatan, keamanan dan keberlanjutan lingkungan.

Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh mengatakan, sosialisasi sadar wisata ini menjadi program strategis di tengah situasi pandemi Covid-19 yang tengah bergerak menuju endemi.

“Kita perlu menata dan memastikan upaya-upaya untuk mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan,” kata dia, saat membuka acara Sosialisasi Sadar Wisata di wilayah BYP secara virtual pada Sabtu (11/6/2022).

Frans menegaskan, kekuatan pariwisata saat ini berada di wilayah pedesaan, sehingga hal yang paling mendasar dan diperlukan dalam mewujudkan pariwisata berkualitas adalah standar pelayanan sebagai tuan rumah.

“Pelaku pariwisata tentu berharap para wisatawan merasa betah dan nyaman, saat berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali. Makanya aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik,” tuturnya.

Untuk itu, karakteristik, keunikan dan nilai-nilai lokal yang dimiliki setiap desa wisata harus tetap dipertahankan. Ini harus dikemas dan dikelola dengan terus berinovasi.

“Pariwisata adalah bisnis tentang kepercayaan, sehingga semua pelaku pariwisata harus mengambil peran dan berkontribusi, tourism is everybody business,” tegasnya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, penerapan Sapta Pesona dan CHSE di destinasi wisata menjadi suatu hal yang sangat krusial dan penting untuk meyakinkan wisatawan, karena akan mengubah wajah pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Saat ini wisatawan akan cenderung memilih destinasi yang mengedepankan rasa aman, nyaman, bersih, sehat dan seiring keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Adapun sosialisasi ini diikuti para pelaku pariwisata desa, mulai dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Karang Taruna, Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pemilik Sanggar Seni Budaya, Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Perajin Kriya, Pematung, hingga Penjual Cinderamata.

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang, S. Achmad Husein menyinggung peran penting Pokdarwis saat sosialisasi hari pertama di desa sekitar kawasan Borobudur, yakni Candirejo, Tanjung Sari, Ngargogondo, Wanurejo dan Mendut.

“Pokdarwis menjadi aktor penggerak kepariwisataan desa, karena sebagai institusi lokal pokdarwis memiliki tanggung jawab untuk menjamin pelaksanaan berbagai potensi yang dimiliki desa,” tuturnya.

Menurutnya, pariwisata itu 50 persennya harus membuat orang penasaran, sehingga dalam pengembangannya membutuhkan kerja sama, serta kerja kolektif dari berbagai pihak.

Pastinya ini bersifat berkelanjutan, ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya, sehingga diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisatanya masing-masing.(rmn)

Exit mobile version