Cegahan dan Deteksi Ancaman Tumor Otak hingga Stroke, Ini Pesan Gubernur NTT

ntt

Kiri ke kanan: Dokter Spesialis Bedah Saraf Siloam Hospitals Kupang, dr. Donny Argie, SpBS; Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat; Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, sekaligus pimpinan tim bedah saraf Siloam Hospitals, Prof. Dr. Dr. dr. Eka Wahjoepramono, Sp.BS(K), Ph.D.; Dokter Spesialis Bedah Saraf Siloam Hospitals Kupang, dr. Elric Brahm Malelak, Sp.BS. Foto: Siloam Hospitals Kupang untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengapresiasi tim bedah saraf Siloam Hospitals atas peran berkelanjutan yang dilakukan dalam mengedukasi dan melayani masyarakat di Kota Kupang, khususnya soal kesehatan otak.

Viktor meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan para dokter agar mengoptimalkan alat citra Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang berperan guna pencegahan dan mendeteksi serta menolong masyarakat agar tidak terserang tumor otak, pendarahan otak hingga mencegah stroke.

“Saya memberi apresiasi atas peran yang secara kontinyu dari Siloam Hospitals yang telah mengedukasi warga di Kupang agar senantiasa menjaga kesehatannya melalui ragam materi dan layanan. Salah satunya dengan pemutaran film tiga dimensi,” kata Viktor di Cinepolis Lippo Plaza Kupang, Minggu (31/7/2022).

Dalam hal ini, Viktor memuji Prof. Dr. dr. Eka Wahjoepramono, Sp.BS(K), Ph.D selalu pimpinan tim bedah saraf Siloam Hospitals yang telah membanggakan Indonesia di mata dunia. Karena dokter spesialis bedah ini mampu mengoperasi tumor otak dan kanker otak.

“Ketika bicara tentang dunia medis, orang akan lebih memilih pergi ke Singapura, Malaysia dan lainnya. Tapi Prof. Eka telah menunjukan kepada dunia internasional bahwa Indonesia lebih dari mampu untuk bedah tumor otak, kanker dan penyakit otak lainnya,” tuturnya.

Sementara itu, Prof. Eka mengatakan, MRI yang ada di NTT seharusnya bisa dioptimalkan dalam waktu 5 tahun ini. Karena alat ini sudah ada dan dokter spesialisasi khusus bagian otak juga telah ada. Apalagi tren penyakit stroke makin meningkat, sehingga para dokter spesialis di NTT harus rajin sosialisasi ke masyarakat untuk mengoptimalkan citra MRI yang ada.

“Masyarakat juga jangan takut chek up kesehatan, karena tumor otak ukuran kecil akan jauh lebih mudah diangkat dibanding ketika sudah membesar. Jadi jangan biarkan diri stroke dengan rajin periksa kesehatan dan jaga pola makan,” imbuhnya.

Saat ini, NTT sudah memiliki 2 unit alat kateterisasi untuk tindakan Digital Subtraction Angiography (DSA), yakni alat atau teknik yang dipakai menggambar pembuluh darah dengan menyemprotkan zat kontras (Iodine) agar bisa dideteksi alat X-ray melalui film. Tapi alat tersebut belum digunakan, padahal sudah banyak dokter spesialis di NTT.

Dengan begitu, Prof. Eka mengusulkan, jika masyarakat yang terkena penyakit kanker otak dan tumor, dokter dari Jakarta yang harus didatangkan ke NTT, bukan pasien yang dirujuk ke Jakarta agar menghemat biaya dan ada transfer pengetahuan kepada para dokter dan perawat di NTT. (rmn)

Exit mobile version