Rabu, 29 Maret 2023
No Result
View All Result
www.indopos.co.id

  • Home
  • Politik
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Koran
  • Index
www.indopos.co.id
  • Home
  • Politik
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Koran
  • Index
No Result
View All Result
www.indopos.co.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup

Orang Tua Perlu Lakukan Koping yang Tepat Hadapi Masalah Bullying Anak

by aro
Jumat, 7 Oktober 2022 - 15:13
in Gaya Hidup
Webinar-YPUI

Webinar dengan tema "Bagaimana Orang tua Menyikapi Perundungan, Baik Anak yang Menjadi Korban Maupun yang Menjadi Pelaku," yang diselenggarakan oleh Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI), Jumat (7/10/2022). Foto: Ist for indopos.co.id

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOS.CO.ID – Perundungan atau bullying biasanya dilakukan dengan sengaja, berulang dan dilakukan oleh pihak yang dianggap lebih lemah, yang disebabkan oleh rasa benci, iri, dendam atau adanya hierarki tidak resmi di sekolah. Misalnya jenis kelamin, ras, budaya, agama, anak berkebutuhan khusus ataupun prestasi akademis/non akademis.

Untuk anak taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) mengadu pada orang tuanya bila mengalami perundungan tetapi anak remaja, tidak demikian.

BacaJuga

“Sparkling Ramadan” Aston Bogor Tawarkan Hidangan Berbuka Puasa Khas Nusantara hingga Timur Tengah

Viral Oralit Disebut Doping Puasa, Dokter Bilang Begini

Dampak dari perundungan bagi korban perundungan bisa sangat parah, mulai dari merasa tertekan dan ketakutan, trauma, konsentrasi belajar terganggu, tidak mau sekolah, psikosomatis, malu, harga diri hancur, tidak percaya diri, menarik diri dari pergaulan, marah pada diri sendiri dan lingkungan, sampai pada depresi dan bunuh diri.

Namun dampaknya pada pelaku perundung sendiri pun tak kurang negatifnya. Pada perundung, bisa terbentuk kepercayaan diri semu dan menganggap kekuasaan adalah segalanya.

“Mereka cepat marah dan sulit mengendalikan emosinya terutama bila keinginannya tidak terpenuhi. Bahkan bisa berkembang pada perilaku agresif lainnya yang mana akan merugikan masa depannya. Kecakapan sosial dan prososialnya rendah. Biasanya mereka bisa tidak mempunyai empati, toleransi dan rasa menghargai orang lain. Prestasi belajarnya pun bisa terganggu karena terobsesi pada keunggulan fisik dan popularitas,” kata Psikolog Dharmayati B Utoyo Lubis dalam seri webinar kedua dengan judul: “Bagaimana Orang tua Menyikapi Perundungan Baik Anak yang Menjadi Korban Maupun yang Menjadi Pelaku,” yang diselenggarakan oleh Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI), Jumat (7/10/2022).

Ia mengatakan bahwa cara orang tua menyikapinya pun bervariasi, mulai dari tidak percaya, acuh tak acuh karena menganggap itu adalah urusan sekolah. Tidak bisa membedakan antara bercanda dan perundungan, sampai pada menyalahkan korban atau bahkan marah pada semua pihak.

“Menghadapi kasus perundungan dimana anaknya yang menjadi korban, sebaiknya orang tua jeli menangkap perubahan perilaku, sikap dan emosi anaknya. Sikapi perundungan dengan kepala dingin, tidak emosional dan objektif. Cari kebenaran beritanya sehingga yakin apakah memang betul kasus perundungan, bukan hanya pertengkaran ataupun perkelahian. Jangan lupa juga untuk melakukan introspeksi, apakah orang tua selama ini sudah menjadi model perilaku yang tepat bagi anaknya,” ungkap Dharmayati.

Orang tua perlu melakukan koping yang tepat terhadap masalah perundungan ini, pertama adalah dengan bicara hati ke hati dengan anaknya.

Untuk itu, kata Dharmayati, orang tua harus mau mendengar anak (listening) bukan hearing yaitu mendengarkan verbalisasi anak, melihat ekspresi anak, melakukan parafrase, mencerna kata-kata anak dan menangkap perasaan anak. Jadi dengarkan perasaan anak ketika dirundung dan beri dukungan agar anak dapat mengeluarkan unek-uneknya.

“Jangan marah, mengecam atau menyalahkannya. Orang tua anak yang melakukan perundungan pun, jangan marah, mengecam dan langsung menyalahkannya. Dengarkan dulu apa motivasinya, mengapa ia merasa perlu menunjukkan otoritasnya melalui kekerasan fisik, verbal dan emosional. Dengarkan juga, mengapa ia memilih target si korban,” tuturnya.

“Sebagai strategi koping, orang tua perlu mendukung keterusterangan anaknya, beri dukungan emosi pada anak, usahakan untuk mengurangi stres anak. Bangkitkan self esteem dan perilaku prososial anak. Hindari bersitegang dengan anak,” tambahnya.

Berdasarkan hasil penelitian Ratna Djuwita, dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) pada 2016, ternyata para orang tua pun membutuhkan adanya wadah di mana mereka bisa saling sharing, bisa mendapatkan bantuan dan saran serta berkomunikasi dengan orang tua lain dan guru, agar mereka bisa menyikapi masalah perundungan dengan lebih bijak.

“Masih dari hasil penelitian ini pun, orang tua merasa peran guru dan sekolah sangat besar dalam meminimalisir dan menghilangkan perilaku perundungan. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara orang tua, sekolah dan masyarakat dalam penanggulangan masalah perundungan,” ujarnya.

Sementara itu, Psikolog Juke R Siregar, memaparkan mengenai bagaimana menciptakan rasa aman dan menyikapi perundungan anak dan remaja di sekolah.

Menurutnya, perundungan itu selalu ada, namun tidak bisa dibiarkan, karena bila intensitasnya meningkat maka akan berkembang ke arah yang lebih negatif.

“Oleh karena itu memang orang tua, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan akan rasa aman. Setiap anak berhak untuk dipenuhi kebutuhannya akan rasa aman.
Karena sebagian besar waktu anak berada di sekolah, maka sekolah memegang peranan yang sangat penting,” katanya.

Ia mengarakan, sekolah merupakan wadah anak dan remaja mengekspresikan diri dan belajar hidup berkelompok. Sekolah pun merupakan kumpulan orang dewasa yaitu personel sekolah yang mampu mengembangkan potensi, keterampilan sosial, emosi, nilai serta mampu bahkan wajib menciptakan lingkungan yang aman.

Untuk mengembangkan itu semua, sekolah secara internal bertujuan memantapkan norma sosial, mengembangkan tingkah laku prososial dan menghentikan perundungan.

Untuk itu, sekolah dapat membentuk tim prevensi, tim guru yang terlatih seperti misalnya counselor atau guru yang mengerti tentang perkembangan anak dan tentang perundungan. Selain itu juga dibentuk tim agen perubahan yang terdiri dari anak ( peer group) yang mempunyai pengaruh, dan kualifikasi tertentu, yang dipilih teman-temannya melalui jejaring sosial /sociometric. Mereka diberi pelatihan terlebih dulu, tentang bagaimana mereka bisa membantu teman-temannya dan mencegah perundungan.

“Sekolah pun bisa membuat program edukasi tentang perundungan bagi personel sekolah, orang tua juga siswa. Kebijakan tentang menghadapi perundungan, pengembangan nilai-nilai sekolah disusun bersama dengan melibatkan siswa.

Evaluasi tentang kondisi lingkungan sekolah juga perlu dilakukan, seperti melakukan pengawasan di area sekolah yang sepi bila tidak sedang digunakan, seperti misalnya gudang, toilet atau hall olahraga.

“Secara eksternal sekolah perlu melakukan kolaborasi dengan masyarakat ataupun organisasi terkait, seperti misalnya dengan pusat pembelajaran keluarga yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Sekolah pun bisa bekerja sama dalam kegiatan atau berkolaborasi dengan sekolah-sekolah yang berdekatan lokasinya, untuk melakukan kompromi tentang nilai-nilai yang berujung pada nilai kasih sayang, toleransi dan saling menghargai,” tandasnya. (dam)

Tags: bullyingPerundungan
ShareTweetSendShareSend

Related Posts

Asyik! 3.043 Pelamar P1 Tunggu Penempatan oleh Pemda di 2023
Nasional

Polisi: Pelaku Pengeroyokan Masih di Bawah Umur

Kamis, 16 Maret 2023 - 14:13
Siswi SMKN 3 Tangsel Jadi Korban Bully, Pj Gubernur Bereaksi
Nasional

KPAI Kecam Perundungan Anak Marak di Satuan Pendidikan

Minggu, 20 November 2022 - 09:05
perundungan
Nasional

Perundungan pada Anak Jadi Tanggung Jawab Semua Pihak

Jumat, 2 September 2022 - 23:53
kpad
Nasional

KPAID Telah Laporkan Kasus Anak SD Meninggal Usai Dibully Setubuhi Kucing

Jumat, 22 Juli 2022 - 11:57
Load More

Populer hari ini

rangkas

H-10 Lebaran, Jalan Nasional Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan Mulus

Senin, 27 Maret 2023 - 02:22
PJ-Gubernur-Banten

Pemprov Banten Sediakan 900 Kursi Mudik Gratis, Ini Daftar Tujuannya

Senin, 27 Maret 2023 - 20:05
benny

Bulan Mei Al Muktabar Diganti, Mendagri Kirim Surat ke DPRD Banten

Selasa, 28 Maret 2023 - 21:21
sonny

Besok DPRD Banten Gelar Rapim Bahas Pengganti Pj Gubernur

Selasa, 28 Maret 2023 - 21:43
SPinjam

Cara Mengisi e-Money di Shopee dengan Mudah dan Cepat!

Selasa, 10 Januari 2023 - 16:35

E-Paper

Koran Indoposco Edisi 28 Maret 2023 - Screenshot 2023 03 27 at 10.59.42 PM - www.indopos.co.id
koran indoposco

Koran Indoposco Edisi 28 Maret 2023

by gimbal
Senin, 27 Maret 2023 - 23:10
Koran Indoposco Edisi 21 Maret 2023 - Screenshot 2023 03 20 at 11.55.59 PM - www.indopos.co.id
koran indoposco

Koran Indoposco Edisi 21 Maret 2023

by gimbal
Selasa, 21 Maret 2023 - 00:08
Koran Indoposco Edisi 17 Maret 2023 - Screenshot 2023 03 17 at 12.40.59 AM - www.indopos.co.id
koran indoposco

Koran Indoposco Edisi 17 Maret 2023

by gimbal
Jumat, 17 Maret 2023 - 00:52
www.indopos.co.id | indoposco.id

Copyright © 2023.

www.indopos.co.id | indoposco.id

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Politik
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Gaya Hidup
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Koran
  • Index

Copyright © 2023.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist