INDOPOS.CO.ID – Among Jiwo merupakan gelaran syukur perjalanan lintas masa seorang Yusuf Susilo Hartono (YSH), sebagai perupa, jurnalis senior dan penyair. YSH merupakan saksi nyata transformasi kebudayaan di Indonesia.
Among Jiwo merupakan pameran retrospeksi 40 tahun berkarya yang digelar di Museum Nasional Indonesia, Jakarta pada 9-13 November 2022. Sejak era orde baru, hingga kini, YSH sudah menghasilkan karya berupa sketsa, gambar dan lukisan yang dibuat dari medium berbeda-beda.
“Dalam arti mencari ke dalam diri sendiri. Maka, Among Jiwo itulah ngedan ‘versi saya’, sebagai metode berfikir, merasa dan kerja-kerja kreatif (khususnya di seni rupa, sastra, jurnalistik),” ujar Yusuf, kepada media pada acara Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya Yusuf Susilo Hartono, di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Kecamatan Gambir, Kota Administrasi Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Anna Sungkar selaku Kurator dalam pameran tersebut melihat karya-karya YSH sebagai dokumen sejarah bangsa.
“Sketsa reformasi yang amat bernilai,” kata dia.
Anna mengatakan, melakukan kurasi karya-karya YSH merupakan sebuah kesempatan sekaligus hiburan visual baginya, karena setelah memperhatikan sekitar 570 karya yang disuguhkan, ia kemudian mengalami kesulitan untuk memilih mana yang tidak layak untuk dipamerkan.
“Karena hampir seluruh gambar berkualitas baik, secara teknis maupun estetik. Mata saya silau ketika melihat drawing sebagus Ayahku Berblangkon (2006) atau Aku (2003), misalnya. Efek yang sama saya rasakan ketika pertama kali melihat drawing Aku (2000) dan Istriku (1987) — dua panel yang dijadikan satu, dan Ayah Tidur yang sedang berselonjor dibuat tahun 1996,” paparnya.
Perjalanan hidup YSH sekaligus jejak 3 era yang ditangkap intuisi seni, menjadikan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran selama 5 hari ini mewakili rasa ‘rewes’ terhadap situasi dan dinamika yang terjadi.
Keunikan perupa YSH yang memiliki naluri jurnalistik dan kekuatan di bidang sastra memantik PT. Jakarta Konsultindo (Jakkon) turut menghadirkan karya-karya visual YSH ke ruang-ruang publik melalui media sosial dan digital public service ad.
“Gelaran syukur on site ini diharapkan tidak berhenti dalam lima hari di Museum Nasional Indonesia, melainkan terus hadir di medium-medium yang bisa menembus lintas generasi: dari Gen X, Millennial, hingga Gen Z,” ujar Managing Director Jakkon, Hani Sumarno
Founder Yayasan Duta Indonesia Maju (YDIM), Lisa Ayodhia sebagai penyandang utama pameran ini sejak lama sudah ingin menggelar pameran karya-karyanya YSH kepada publik.
“Mengapa? Karena karya-karyanya, baik itu seni rupa, sastra, maupun jurnalistik, mengangkat denyut masyarakat dan perjalanan bangsa Indonesia, yang bisa memberikan inspirasi bagi kita,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid mengatakan, pameran tunggal perupa, jurnalis dan penyair Indonesia YSH merupakan pembuktian dari prakarsa pelaku seni dalam upaya pemajuan kebudayaan di bidang seni rupa.
“Dari gelaran ini kita dapat membaca bagaimana perkembangan wacana seni yang bergulir dari zaman ke zaman,” terang Hilmar melalui keterangan tertulisnya. (rmn)