Awas Kenali Hoaks di Tengah Badai Tsunami Informasi, Ini Tipsnya

hoaks

Ilustrasi media sosial. Foto: dok INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Pesatnya perkembangan media sosial (Medsos) tidak bisa dilepaskan dari konten digital. Konten yang menarik membuat akun Medsos mendapat perhatian warganet. Namun, medsos sebagai ruang berekspresi kerap memunculkan konten-konten negatif.

Dewan Pengarah Siberkreasi Septiaji Eko menjelaskan, pesatnya perkembangan media sosial dan percepatan informasi di internet jadi persoalan serius. Tsunami informasi yang tidak berhenti, menurut dia, seperti pisau bermata dua dan bisa menjadi jurang bagi masyarakat.

“Kami khawatir masyarakat terjerumus dalam kekeliruan karena menerima informasi yang salah,” ungkap Septiaji Eko dalam keterangan, Rabu (14/12/2022).

Ia menyebut, ada beberapa gangguan informasi, di antaranya misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Terkait misinformasi, menurutnya, terjadi ketika adanya informasi salah dibagikan oleh mereka yang mempercayai itu.

Sementara, disinformasi merupakan fenomena informasi salah yang dibagikan oleh mereka yang sadar informasi tersebut tidak benar. “Malinformasi ini sendiri manipulasi informasi, bisa berupa fakta atau tidak yang dilakukan seseorang dengan tujuan merugikan orang lain,” terangnya.

“Kita bisa melakukan langkah-langkah teknis dan teoritis untuk melakukan
verifikasi kebenaran informasi yang kita terima,” imbuhnya.

Menurut dia, masyarakat juga bisa melakukan seleksi terkait kebenaran informasi di internet. Dengan melakukan verifikasi konten editan dan foto hingga verifikasi video dan lokasi.

“Untuk melakukan verifikasi gambar bisa menggunakan Extension Search by Image pada Google. Ini sangat memungkinkan pengguna untuk mencari sumber pertama dari sebuah gambar,” katanya.

“Untuk verifikasi video dan lokasi bisa dilakukan dengan menggunakan
platform InVid yang mampu memotong video menjadi kumpulan frame yang bisa dilacak asal usulnya,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Konten Kreator Ibob Tarigan mengatakan, saat ini konten menjamur di media sosial. Dengan orientasi untuk mendapatkan cuan (profit). “Jaman sekarang, hampir segalanya bisa dijadikan uang, hampir semua passion punya industri yang bisa dijadikan jalan untuk berbisnis,” katanya.

Ia menuturkan, konsentrasi para konten kreator saat ini cenderung fokus pada traffic dan algoritma. Namun, tentu tidak boleh meninggalkan branding dan kualitas konten.

“Kualitas dan personal branding akan mengundang daya tarik bagi brand-brand untuk melakukan kontrak bisnis dengan kita,” ujarnya.

“Dan bisa menjadi opsi pemasukan selain adsense, sehingga konten kita lebih dikenal oleh khalayak,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version