10 Tahun Jadi Survivor Kanker Payudara, Divonis Saat Ikut MCU Promo Hari Kartini

kanker

Ilustrasi peduli kanker payudara. (UGM for INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Raut wajah Lily sumringah. Dia adalah satu dari ribuan survivor kanker payudara. Perempuan genap berusia 48 tahun ini sudah mengidap kanker payudara sejak usia 38 tahun.

Ibu dari tiga orang anak ini semula tak menyangka mengidap penyakitnya yang mematikan tersebut. Dia divonis mengidap kanker, usai mengikuti medikal cek up (MCU) promo memperingati Hari Kartini.

“Biasanya ibu-ibu takut kalau disuruh MCU, kan jadi tahu penyakitnya. Awalnya USG (ultrasonografi) berjalan normal,” kata Lily di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Ia menyadari mengidap kanker payudara setelah melakukan MCU. Hasil dari MCU tersebut menyebut ada benjolan di payudara sebelah kiri. “Saat mengetahui itu, saya bingung. Sebab tidak ada saudara yang memiliki pengalaman itu,” ucapnya.

Saat bersamaan, banyak mitos yang beredar di masyarakat bahwasanya kelenjar susu (ASI/air susu ibu) bisa tumbuh menjadi benjolan. Juga berkembang mitos benjolan di payudara disebabkan karena tengah masa haid.

“Kan banyak mitos, jadi setengah tidak percaya hasil diagnosa MCU,” katanya.

Lalu, dikatakan Lily, untuk memastikan kebenaran diagnosa tersebut dia pun mengikuti tes skiring di 2013 lalu. Benar saja, hasil skrining lagi-lagi mengejutkan dirinya.

“Benar hasil skrining benjolan itu kanker payudara stadium awal,” ungkapnya.

“Saat itu banyak tawaran pengobatan nonmedis, seperti disembur atau ke orang pintar. Tapi enggaklah, saya memilih pengobatan medis,” imbuhnya.

Pada tahun yang sama, Lily pun harus mengikuti serangkaian pengobatan. Dari mulai operasi hingga kemoterapi (kemo). Untuk itu, saran dari dokter, dia tidak boleh capek saat kemoterapi.

“Beruntung mendapatkan support dari komunitas. Jadi kalau mau ke RS, kami bilang mau ke kampus (ngampus). Kalau mau diambil darah kami menggantinya mau jadi vampire,” ujarnya tertawa.

“Istilah-istilah ini hanya untuk memotivasi kami. Jadi tidak ada kesan menakutkan,” imbuhnya.

Pasca operasi awal, Lily harus mendapatkan 25 kali kemoterapi. Karena melanggar larangan dokter, Lily pun harus menerima akibatnya. Ketiak sebelah kiri harus melepuh setelah terkena air “Saat kemoterapi dianjurkan tidak boleh kena air, tapi waktu itu tidak sengaja. Akibatnya ketiak kiri melepuh,” katanya.

Pasca mengikuti serangkaian pengobatan selama 5 tahun, Lily tak harus puas dengan hasilnya. Ternyata pada tahun kelima, ditemukan kembali benjolan.

Kali ini, benjolan itu berukuran 0,5 Cm dan tidak teraba serta tidak terasa. Sehingga para 2018, dia pun harus menjalani kemoterapi. “Ukurannya sangat kecil, enggak teraba dan enggak terasa. Tapi hasil skrining 99 persen kanker baru,” ujarnya.

Menurut dia, deteksi dini sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya potensi kanker payudara. Dengan memeriksa payudara secara klinis.

“Jangan saat kita berobat sudah terlambat, kanker stadium lanjutan. Sebab nanti pengobatannya kompleks,” terangnya.

Berangkat dari sana, Lily pun tergerak untuk membantu para survivor kanker payudara. Sebab, tidak sedikit para survivor akan merasa putus asa saat mengetahui penyakit yang dideritanya.

“Kami datangi mereka yang kemoterapi. Karena mereka biasanya mengalami rambut rontok (botak), enggak mau makan. Kami support mereka,” ujarnya.

Ia menuturkan, saat menghadapi kemoterapi pertama banyak menemukan survivor tak memiliki alis, muka pucat hingga rambut botak. “Jadi saat kemoterapi berikutnya, sudah terbiasa. Saya belajar memasang alis, memakai Wig (rambut palsu). Dan hati gembira itu obat yang paling manjur,” jelasnya.

Lily mengaku senang, sebab mendapat perhatian dari keluarga selama menjalani rangkaian pengobatan. Sebab, fase tersebut, menurut dia, sangat berat karena masa terendah dan terberat dalam hidup.

“Semua badai telah berlalu. Itu semua berkat support dari keluarga, saat masa pengobatan itu berat. Berat badan turun, enggak bisa makan sampai kuku menghitam,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur RS MRCCC Siloam Semanggi dr. Adityawati Ganggaiswari mengatakan, RS Siloam terus berperan aktif untuk menutup kesenjangan penanggulangan kanker. Hingga 2022 tercatat telah melayani lebih dari 91 ribu pasien kanker, lebih dari 34 ribu radioterapi, lebih dari 10 ribu kemoterapi, lebih dari 4.600 prosedur pemindaian PET-CT Scan dan melakukan lebih dari 2.900 tindakan operasi.

“Hingga kini, kami terus berperan aktif untuk menutup kesenjangan penanggulangan kanker,” katanya. (nas)

Exit mobile version