Buka Puasa Tak Nendang Tanpa Sambal Bu Nik: Hadirkan Aneka Sambal Khas Nusantara

Buka Puasa Tak Nendang Tanpa Sambal Bu Nik: Hadirkan Aneka Sambal Khas Nusantara - sambal1 - www.indopos.co.id

Sambal Bu Nik dengan aneka sambal Nusantara-nya akan sangat nendang jika dinikmati saat buka puasa bersama handai taulan, kolega, dan saudara.

INDOPOS.CO.ID – Puasa Ramadhan 1444 H/ 2023 M sudah dijalani umat Islam menginjak hari kesembilan. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, umat muslim dan muslimah tentu tak melewatkan waktu begitu saja tidak dengan berbuka bersama keluarga.

Sajian buka puasa tak boleh juga dilewatkan begitu saja tanpa menikmati sajian makanan yang serba fresh, hanya bisa ditemukan di Sambal Bu Nik dengan menyajikan aneka sambal khas Nusantara.

Sambal Bu Nik yang kesohor dengan aneka sambal Nusantara-nya akan sangat nendang jika dinikmati saat buka puasa bersama handai taulan, kolega, dan saudara.

Nikmatnya Sambal Bu Nik kali ini sungguh bikin geger masyarakat seantero Jakarta Bogor Tangerang dan Bekasi (Jabotabek). Kenapa bisa begitu?

Ini semua gara-gara brand Sambal Bu Nik yang fenomenal tersebut.

Betapa tidak, hanya dalam hitungan 6 bulan, sejak dibuka pada September 2022 lalu, Sambal Bu Nik di bawah pengelolaan manajemen PT Makanan Asli indonesia yang juga dibesut Ahmad DS selaku Direktur Marketing ini telah melebarkan sayap dengan membuka cabang hingga 13 tempat. Wow pencapaian yang luar biasa!

Lokasinya kini tersebar di Jabodetabek, antara lain : Jatiasih, Pamulang, Citayam, Lenteng Agung, Kranji, Cinere, Serpong, M. Toha Tangerang, Bojongsari, Kamal Jakarta Utara, Teluk Jambe, Karawang, dan Jababeka Cikarang.

Bahkan di bulan Juli 2023 mendatang, outlet baru akan segera hadir di Karawaci, Tangerang, dan Kota Wisata Cibubur serta Dewi Sartika, Jakarta Timur.

Direktur Marketing Sambal Bu Nik ini mengungkapkan, ekspansi bisnis akan terus dilakukan dengan merambah sejumlah kota di luar Jabodetabek.

Dia mengklaim hanya dalam waktu lima bulan 13 cabang sukses dibuka dan banjir pembeli. Hampir seluruh cabang tidak pernah sepi pengunjung dan pembeli. Bahkan pelanggan harus rela menunggu untuk beberapa menit berganti tempat duduk dengan konsumen lainnya demi untuk menyantap Sambal Bu Nik.

“Seperti yang teman-teman media lihat, selalu ramai pelanggan di setiap cabang Sambal Bu Nik, seperti di Lenteng Agung, Jakarta Selatan ini. Tiap beberapa menit ada saja konsumen datang silih berganti untuk menikmati sensasi sambal-nya Sambal Bu Nik yang fenomenal dan sangat enak untuk disantap bersama keluarga dan teman-teman dekat,” ujar Ahmad kepada wartawan di resto Sambal Bu Nik cabang Lenteng Agung, Jakarta.

Dengan kekuatan rasa dan kelezatan sekaligus penambah nafsu makan. Tak heran jika kuliner sambal selalu diburu oleh para penikmatnya.

Kondisi inipun dimanfaatkan oleh Sambal Bu Nik yang bukan hanya menjadi peluang untuk meraup keuntungan dari bisnis kuliner. Tetapi juga ingin menjadi pionir aneka sambal berbagai daerah Nusantara.

Ahmad memberikan apresiasi tinggi dan terima kasih kepada publik atas kehadiran Sambal Bu Nik yang mendapatkan sambutan yang begitu tinggi dari konsumen dalam waktu singkat.

“Antusias pembeli turut memajukan industri restoran sambal Nusantara, kami atensi. Untuk itu, yang harus kita lakukan terus menerus adalah melahirkan inovasi baru dengan mengusung konsep unik dan tampil beda dari yang sudah ada,” jelasnya.

Konsep Berbeda

Ahmad membeberkan konsep pengelolaan Sambal Bu Nik yang berbeda dengan destinasi kuliner lainnya.

“Sambal Bu Nik menerapkan open kitchen menjadi teater sambal yang bisa dilihat oleh semua pembeli ketika datang ke outletnya,” tandas Ahmad.

Kekuatan Sambal Bu Nik adalah karena memiliki aneka lauk yang beragam sampai 30 jenis lauk. Aneka lauk yang didisplay seperti gaya prasmanan dengan menggunakan bahan-bahan segar sebelum digoreng jelas mengundang air liur untuk segera disantap. Sehingga memastikan terpenuhinya gizi yang cukup dan sangat sehat untuk dikonsumsi.

Sambal lalapan, aneka jenis sambal, dan pilihan nasi liwet serta nasi biasa pun bisa dinikmati berkali-kali secara free alias gratis.

Pelanggan bisa kenyang tanpa harus repot lagi merogoh kocek saku dalam-dalam. Cukup bayar aneka lauk maupun sayur asam yang dipilih sesuai selera makan tanpa harus pusing mikirin sambal mana saja yang mau dicolek.

Ahmad bercerita awal mula ide Sambal Bu Nik ini muncul, ketika pada Juli 2022 lalu. Saat itu isu resesi seolah menjadi momok bagi masyarakat paska melandainya virus Covid-19. Lalu mulai dipikirkan bagaimana membuka usaha baru setelah Manyung Bu Fat, kuliner khas Semarangan yang sudah eksis dan mapan terlebih dulu.

“Untuk memberikan pilihan kepada konsumen dengan segmen yang berbeda. Maka diputuskan Sambal Bu Nik dengan menyasar segmen kaum suburban,’ jelas Ahmad.

Ahmad berpendapat orang produktif itu sejatinya berasal dari kawasan pinggiran (suburban) di pinggiran Jakarta. Orangnya lebih muda, daya juang tinggi, dan banyak pekerja keras. Dari sisi harga sewa tempat pun harga lebih terjangkau dibanding di pusat kota.

“Dan segmen ini dari perspektif kita belum banyak digarap. Ceruk ini yang kita garap secara optimal,” ungkapnya.

Ahmad mengaku Sambal Bu Nik juga terinspirasi dari Indomie selera Nusantara. Sempat terpikirkan ingin buka pecel lele. Namun sayangnya pecel lele sudah menjamur dan terlalu banyak pemainnya. Lalu pihaknya mencari kategori lain yaitu sajian sambal yang menjadi magnetnya.

“Intinya mencari kekhasannya, yang pasti dirasakan adalah sambalnya. Jadi faktor pembeda daripada kuliner lainnya, di Sambal Bu Nik adalah kekuatan cita rasa sambalnya,” ungkapnya.

“Founder kita adalah orang asli Lampung. Sangat suka makan sambal rampai khas Lampung. Resepnya asli dari orang tuanya. Ketika kita uji coba di restoran Sambal Bu Nik di Jati Asih, Kota Bekasi. Sambutan pembeli antusias sekali. Tiap hari ramai dan untuk bisa menikmati Sambal Bu Nik, pengunjung harus rela antri panjang mengular,” imbuh Ahmad.

Dia menyebut kekuatan sajian Sambal Bu Nik salah satunya, Sambal Rampai. Sambal ini didominasi buah tomat. Namun bentuknya kecil-kecil dan didatangkan dari tempat yang jauh, seperti di Provinsi Lampung.

Sambal Bu Nik dengan aneka sambal Nusantara-nya akan sangat nendang jika dinikmati saat buka puasa bersama handai taulan, kolega, dan saudara.

“Ya karena di Jakarta tidak ditemukan buah tomat tersebut. Termasuk di Pasar Induk Kramat Jati sekalipun. Berbeda dengan tomat hasil tanaman budi daya yang banyak dijual di pasar-pasar tradisional,” ungkapnya.

Ahmad menjelaskan bahwa bahan-bahannya tak banyak dipakai resto lain. Salah satunya tomat rampai ini bukan tomat cheri dan ada rasa segar-segarnya. Uniknya lagi hanya bisa tumbuh menjalar di pekarangan biasa di banyak pohon karet yang tumbuh lebat di wilayah Provinsi Lampung.

Dijelaskannya, setiap hari tomat khas ini langsung didatangkan dari Lampung berpeti-peti termasuk cabai dan terasinya dibuat juga dengan komposisi yang membutuhkan riset hingga 2 minggu untuk menghasilkan rasa sambal yang enak dan otentik.

“Rahasia sambal ini ada di tangan kita. Orang boleh meniru membuat sambal. Tapi kita jamin nggak akan didapatkan supplier tomat rampai di pasar Induk Kramat Jati. Dan jika bisa didapatkan harus ke petaninya langsung di Lampung,” bebernya.

Ahmad menuturkan, pihaknya telah mengumpulkan sambal khas seluruh daerah di Nusantara. Namun akan dilaunching bertahap per tiga bulan sekali sehingga akan menimbulkan efek penasaran bagi para konsumen

“Khasnya lagi ada sambal bawang geprek Yogyakarta. Sambal hejo khas Garut dan sambal khas pecel lele Lamongan,” katanya.

Berikutnya lagi, ungkapnya, akan ada sambal kluwek khas Pacitan, sambal ganja khas Aceh. Lalu alhamdulilah ada sambal kecombrang khas Tapanuli. Ada juga sambal rotan muda. Sambal Matah khas Bali. Sambal dabu-dabu khas Manado. Tak ketinggalan, disajikan sambal balado khas Padang.

“Untuk pilihan cabe kita cari cabe setan yang tidak biasanya. Kita riset cabe setan jenis ini selama dua minggu. Lalu kita cari bumbu dengan terasi Bangka, Mojokerto, dan Medan yang dicampur garam Himalaya, bukan garam asal-asalan lho. Kita olah tidak memakai micin karena sudah ada asin dan manis gula sehingga rasanya gurih,” ucapnya.

Jadi orang bisa datang ke restoran Sambal Bu Nik karena sudah lengkap pilihannya. Berbasis bahan segar tidak pakai pengawet. Sebab itu Sambal Bu Nik jadi pionir sambal khas Nusantara.

Dengan demikian keluarga Indonesia tidak perlu harus keliling Indonesia untuk menikmati aneka sambal yang lezat tersebut melainkan cukup mengunjungi outlet sambal Bu Nik yang ada di Jabodetabek.

Ahmad menyebut sambal adalah bagian dari budaya orang Indonesia. Sambal menjadi warisan kuliner Indonesia yang tak ternilai harganya dan siap bersaing dengan makanan khas dari negara lain.

“Maka mari budayakan makan sambal, karena terbukti makan sambal itu banyak vitaminnya, banyak mengandung antioksidan bisa memperhalus kulit wajah dan tentunya lebih sehat dibandingkan mengkonsumsi chili sauce kemasan bikinan pabrikan yang tentu saja tidak fresh dan banyak mengandung bahan-bahan artificial kimia serta bahan pengawet,” tandasnya.

Cara Direct Marketing

Sebelum Sambal Bu Nik nge-hits, owner telah lebih dulu sukses membuka restoran Kepala Manyung Bu Fat yang segmennya menengah ke atas, hingga memiliki 3 cabangnya di Jakarta.

Namun, pihaknya juga menginginkan berkah kemampuan yang mereka miliki dengan menyajikan hidangan kuliner yang bahan bakunya semuanya serba fresh dengan segmen menengah ke bawah atau tepatnya diperuntukkan kalangan suburban.

“Sengaja kami positioningkan Kepala Manyung Bu Fat tetap pada segmen menengah ke atas. Sedangkan Sambal Bu Nik kita dedikasikan untuk pelanggan di kalangan suburban agar mereka dapat menikmati sambal selera Nusantara kelas bintang 5 harga kaki lima,” jelasnya.

Penyajian dengan aneka lauk, sambal, sayuran segar, dan nasi disuguhkan dengan cara prasmanan khas seperti restoran Sunda.

“Namun bedanya, untuk menarik konsumen supaya tidak takut masuk tempat kami maka kita pasang banner raksasa Sambal Bu Nik serba Rp10 Ribu ada 30 aneka lauk. Makan sepuasnya tambah nasi cuma-cuma dan ambil sambal sepuasnya. Begitu juga lalapan bebas ambil. Alhasil dampaknya, setiap cabang selalu ramai pembeli,” tuturnya.

Menariknya banner besar bertuliskan harga Rp10 Ribu dipasang di depan outlet menjadi semacam gimmick agar memberikan kesan harga yang murah kepada konsumen.

Ahmad mengatakan strategi promosi itupun terbilang berhasil. Sebab, lanjutnya, akhirnya banyak konsumen yang tertarik untuk datang ke outletnya.

“Saya perhatikan selama sebulan ini, pelanggan awalnya masuk kebanyakan tergiur karena spanduk itu dan terlihat ramai dengan parkiran kendaraan penuh,” katanya.

Ahmad juga membeberkan, untuk promosi Sambal Bu Nik juga tidak terlalu ribet. Dengan cara direct marketing melalui teman-teman media, syiar tentang Sambal Mbak Nik juga terekspose cukup massif.

“Termasuk kehadiran para content creator yang datang mencicipi langsung di outlet Sambal Bu Nik, dari pengakuan mereka memberikan sensasi tersendiri. Testimoni mereka diupload di laman medsosnya maka makin viral juga tempat kita ini,” ucap Ahmad bangga.

Karena itu, omset penjualan Sambal Bu Nik cepat meroket. Keruan saja cuannya semakin banyak.

Meski tidak menyebutkan angka yang spesifik, Ahmad mengatakan bahwa omset penjualan dari Sambal Bu Nik sangat menjanjikan dan menggiurkan untuk mendulang cuan.

Alumni FE UGM ini mengaku pihaknya hanya berpegang pada strategi pemasaran atau marketing organik dengan cukup memasang spanduk dan papan nama yang besar di outlet. Lalu juga melakukan promosi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Tiktok saja. Tanpa harus beriklan di media mainstream yang tentu merogoh dalam-dalam duit perusahaan. (ibs)

Exit mobile version