Ini Pengaruh hingga Keuntungan Operasi DBS pada Pasien Parkinson

Rumah-Sakit-Siloam

Dr. dr. Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.N (kiri) dan Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS dari Rumah Sakit (RS) Siloam. Foto: Siloam Group Hospitals

INDOPOS.CO.ID – Operasi Deep Brain Stimulation (DBS) atau pemasangan stimulasi saraf di dalam otak merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson.

Dokter Spesialis Saraf Siloam Hospitals Lippo Village, Dr. dr. Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.N mengatakan, prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak, yang kemudian memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada saraf.

“Elektroda ini terhubung ke generator yang ditanam di bawah kulit di dada. Generator ini mengirimkan sinyal listrik ke otak yang membantu mengurangi gejala Parkinson. Metode DBS telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala,” ujar dr. Rocksy, seperti dikutip, Rabu (12/7/2023).

Elektroda DBS bekerja dengan memberikan stimulus ke daerah otak tertentu yang terlibat dalam mengatur gerakan tubuh. Sinyal ini membantu mengurangi tremor, kekakuan dan kesulitan bergerak yang terkait dengan Parkinson.

Terdapat beberapa keuntungan dari DBS pada pasien Parkinson, di antaranya menurunkan intensitas gejala, mengurangi dosis obat, prosedur yang aman, efektif dalam jangka waktu lama, serta, prosedur yang dapat diatur dengan mudah.

“Melihat dari beberapa keuntungan di atas, DBS dapat menawarkan pengobatan yang aman dan efektif untuk gejala Parkinson. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai terapi DBS,” jelas dr. Rocksy.

Perlu diingat, setiap pasien memiliki kondisi yang unik. Kondisi itu memengaruhi keputusan seorang pasien untuk melakukan operasi DBS. Jadi, diperlukan evaluasi yang teliti oleh dokter spesialis saraf untuk memastikan pasien itu memenuhi syarat atau tidak.

Adapun, beberapa kriteria pasien yang cocok untuk dilakukan operasi DBS, di antaranya penegakan diagnosis penyakit Parkinson, telah maksimal dalam menggunakan obat, tidak adanya efek samping yang signifikan dari obat, kondisi medis lain yang stabil, usia pasien tak lebih dari 75 tahun, serta kualitas hidup pasien.

Ia menjelaskan mengenai pasien yang tidak dianjurkan untuk dilakukan pemasangan DBS. Menurutnya, pasien itu tidak akan menerima efek yang diharapkan mengingat beberapa hal, seperti demensia derajat sedang berat, depresi sedang berat, serta pasien Parkinson yang tidak merespon terhadap obat-obatan,

Sementara itu, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf yang juga berpraktik di RS Siloam Kebon Jeruk, RS Siloam Lippo Village Karawaci, dan RS Siloam MRCCC Semanggi ini memberikan penjelasan terkait proses pemasangan elektroda DBS pada pasien.

Langkah pertama dalam pemasangan elektroda DBS adalah dengan melakukan pemeriksaan MRI. Berikutnya memasang frame penyangga kepala dilanjut pemetaan otak. Kemudian dokter memasukkan elektroda DBS ke otak melalui lubang kecil pada tengkorak, lalu mengaktifkan stimulator.

Setelah prosedur selesai, pasien akan dimasukkan ke ruang pemulihan untuk dipantau dokter dan tim medis. Pasien akan menjalani beberapa sesi pemrograman dan disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas fisik saat tangan dan kaki distimulasi oleh DBS.

“Tidak semua rumah sakit dapat melakukan tindakan operasi DBS, Siloam Hospitals Lippo Village merupakan salah satu rumah sakit yang secara fasilitas dan kompetensi tenaga medisnya mampu untuk melakukan DBS,” jelas dr. Made.(rmn)

Exit mobile version