Kisah Dokter Tangani Kasus Pasien Jatuh dari Ketinggian 3 Meter

Kisah-Dokter

Ahli ortopedi Prof Dr. dr. Ismail Hadisoebroto (kiri) bersama dr. M Triadi Wijaya (kanan), memberikan keterangan pers, dalam media gathering Siloam Hospitals Mampang layanan ortopedi one-stop solution, di Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024). Foto: Dhika Alam Noor/INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Fasilitas layanan kesehatan yang secara khusus menangani persoalan tulang, sendi dan pinggul secara kompetensi dengan melibatkan sejumlah lintas disiplin ilmu masih jarang ditemukan di Jakarta.

Sebut saja penanganan polytrauma dan multiple fractures, melibatkan sendi khususnya pelvic acetabulum. Serta penanganan total hip replacement, yaitu pergantian tulang panggul yang umum terjadi saat manusia di fase lanjut usia.

Polytrauma dan multiple fractures yang melibatkan sendi khususnya: pelvic acetabulum merupakan kasus membutuhkan penanganan multidisiplin dengan tingkat kesulitan tinggi.

Ahli ortopedi Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo yang berpraktik di Siloam Hospitals Mampang menjelaskan, polytrauma merupakan trauma yang terjadi pada beberapa bagian tubuh, disertai penurunan fungsi fisiologi. Itu mengakibatkan disfungsi organ multipel, bahkan kematian pada pasien.

Salah satu pasien yang ditanganinya jatuh dari ketinggian 3 meter. Dia merupakan pria dewasa cedera bagian kaki dan tangannya. Sempat mendapat pertolongan pertama di RS kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

“Multiple fraktur adalah keadaan terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari satu garis fraktur, yang biasanya disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak langsung pada permukaan tulang dengan gaya yang tinggi,” kata Ismail di Jakarta dikutip, Jumat (15/3/2024).

Menurutnya, seseorang yang mengalami salah satu dari keadaan tersebut sudah berisiko fatal. Lalu, bagaimana jika mengalami kedua keadaan tersebut dalam satu waktu?

“Tentunya dibutuhkan kolaborasi multidisiplin dari dokter Emergency, dokter bedah saraf) (SpBS), Anestesi, dokter spesialis penyakit dalam (SpPD), Rehab Medik, dengan keahlian khusus dari dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi (SpOT),” tutur Ismail.

Ia bersama timnya dr. M Triadi Wijaya dan dokter Riky adalah dokter spesialis bedah ortopedi dari RS Siloam Mampang Prapatan yang menangani kasus tersebut.

Kolaborasi multidisiplin pada kasus itu sukses dijalani sehingga pasien tertangani dengan baik dan saat ini pasien dapat beraktifitas kembali di kehidupan sehari-harinya.

Prosedur yang dilakukannya beserta dengan timnya adalah Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dan Percutaneus Screwing.

ORIF merupakan suatu jenis operasi dengan pemasangan internal fiksasi, yang dilakukan ketika fraktur tidak dapat diredukasi secara tertutup.

Sedangkan Percutaneus Screwing adalah operasi dengan minimal invasive untuk memfiksasi tulang patah yang salah satunya adalah untuk Fraktur Acetabular karena kompleks nya anatomi dari pelvis.

“Setelah tindakan selesai, pasien disarankan untuk rutin melakukan fisioterapi selama masa penyembuhan agar hasil dari operasi dapat tercapai dengan sempurna,” jelas Ismail. (dan)

Exit mobile version