INDOPOS.CO.ID – Mengenalkan puasa pada anak harus dilakukan secara bertahap. Serta harus menggunakan pendekatan berbeda dari orang dewasa dan tanpa paksaan. Dengan demikian makna puasa dapat dipahami sepenuhnya.
Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Prof. dr. Gunadi mengatakan, anak biasa dilatih dengan puasa dalam beberapa jam, setengah hari, hingga akhirnya mencapai puasa penuh.
“Bertahap mulai puasa setengah hari/puasa bedug kata orang Jawa,” kata Prof Gunadi melalui gawai, Jakarta, Sabtu (16/3/2024).
Mengenai pendekatan yang dilakukan, dengan memberikan dorongan atau semangat kepada anak untuk melakukan tindakan positif atau mengatasi tantangan selama berpuasa.
“Pendekatan encouraging. Kemudian diapresiasi setiap capaian-capaian tersebut,” ucap Prof Gunadi.
Berdasar laman resmi Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat, psikologi Adriani Purbo menyebut, anak sudah bisa dikenalkan dengan konsep berpuasa sejak usia 3 tahun.
Pada tahap awal, orang tua dapat mengenalkan lebih dulu suasana Ramadan kedalam pemikiran anak. Momen sahur, berbuka puasa, serta tarawih misalnya.
Senada, Dr. Eva J. Soelaeman menyatakan, pengenalan dan anjuran anak berpuasa sudah boleh dimulai saat anak menginjak usia balita. Namun dengan batasan yang masih bisa diterima oleh kemampuan si anak dalam menahan haus dan lapar.
“Latihan puasa sebaiknya hanya sebentar saja. Namanya juga latihan, 3 sampai 4 jam saja cukup. Bila terlalu lama justru malah mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya,” ucap Dr. Eva J. Soelaeman dalam laman resmi Universitas Airlangga. (dan)