Teknologi AI yang Tidak Dapat Menggantikan Kreativitas Seniman

Ink-Lords

INDOPOS.CO.ID – Teknologi ‘Creative AI’ semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin mudah diakses. Namun, menurut Anne Ploin, peneliti di Oxford Internet Institute, di klaim bahwa seniman akan tergantikan oleh mesin tidaklah tepat.

Berangkat dari kegelisahan mengenai isu tersebut, Ink Lords, sebuah sub-brand dengan produk vape dari AIRSCREAM, mengundang berbagai komunitas vape, pebisnis vape, dan pencinta seni untuk hadir di sebuah acara community night dan product launch yang bertajuk #stARTwithInkLords.

Acara ini membahas tentang bagaimana menggabungkan seni dan AI dalam talkshow dengan Andrew Koh, Head of Global Branding and Marketing at AIRSCREAM, Rizky Amom, Kreator Konten Seni, dan Muhammad Rifai sebagai seorang pelukis yang akan langsung melakukan penciptaan karya seni secara langsung di atas kanvas berdasarkan gambar yang ditentukan oleh AI.

Ink Lords hadir sebagai salah satu komitmen AIRSCREAM UK untuk berinvestasi di pasar rokok elektrik Indonesia. Perusahaan asal Inggris ini telah mengalokasikan dana sebesar 5 miliar rupiah, setara dengan sekitar 317.000 dolar AS, untuk ekspansi dan pertumbuhan bisnis dalam 5 tahun ke depan. Oleh karenanya, perusahaan sub-brand AIRSCREAM UK, yaitu Ink Lords, terus berinovasi untuk memberikan pengalaman yang unik dan memukau kepada konsumen.

AIRSCREAM juga mengalami pertumbuhan pada progres ritelnya. Saat ini, terdapat sebanyak 136 toko di Jakarta, serta 21 toko di Bali, dan 120 outlet di Bali MMart sudah menawarkan produk-produk dari merek asal inggris ini.

Sebagai pelopor merek vape yang memanfaatkan AI, InkLords dapat merespons kebutuhan konsumen secara lebih efisien. Termasuk di antaranya adalah melalui desain kemasan produk yang menggabungkan seni dan teknologi secara harmonis. “Dengan menggabungkan seni dan teknologi Ink Lords telah menciptakan desain kemasan produk yang terinspirasi dari makhluk-makhluk mitologi Indonesia,” jelas Andrew.

Hal ini mencerminkan komitmen Ink Lords dalam memperkenalkan inovasi yang mencerminkan kebudayaan dan warisan Indonesia.

AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman bagi para seniman. Sebaliknya, AI dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam proses kreatif kita,” tekan Rizky dalam Talkshow. “Ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi dapat memperkaya dunia seni, termasuk dalam industri vape.” tambahnya.

Selain diskusi, acara ini juga menjadi platform untuk memperkenalkan produk-produk terbaru dari Ink Lords yaitu Saga U1 dan Mono X. Dengan menggunakan teknologi AI, Ink Lords telah berhasil menciptakan desain Produk-produk terbaru ini juga akan menampilkan spesifikasi dan fitur terkini yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia yang semakin sadar akan pentingnya pilihan. Saga UI memiliki spesifikasi baterai 400 mAh, pengisian daya Type-C, dan kapasitas E-liquid sebesar 6ml atau 10ml. Sedangkan Mono X membawa fitur unik Child Lock, untuk memberikan pengamanan lebih dan spesifikasi 500mAh baterai, kapasitas E-liquid 2 ml, dan pengisian daya Type-C.

Para pengunjung juga dapat melihat langsung proses pembuatan karya seni seorang pelukis yang melukis langsung di atas kanvas dengan bantuan teknologi AI. Hal ini tentunya menjadi contoh bagaimana teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memperluas batas-batas kreativitas manusia, serta membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara seni dan teknologi.

#stARTwithInkLords tidak hanya tentang merayakan inovasi dan kreativitas, tetapi juga tentang menyatukan komunitas. Ini adalah momen di mana pencinta seni, penggiat industri vape, dan masyarakat umum dapat bertemu, berbagi ide, dan menginspirasi satu sama lain.

Dalam suasana bulan Ramadan yang penuh berkah ini, Ink Lords berharap dapat menjadi bagian dari perubahan positif dalam masyarakat dengan menggabungkan seni dan teknologi untuk menciptakan produk-produk yang bermakna dan memuaskan bagi semua orang. “Kami percaya bahwa kolaborasi antara seniman dan AI adalah langkah awal dalam beradaptasi dan memanfaatkan AI untuk mendobrak batasan-batasan kreativitas,” ungkap Andrew. (ibs)

Exit mobile version