Putin Ungkapkan Syarat Hentikan Serangan ke Ukraina

Vladimir Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: news.sky.com

INDOPOS.CO.ID – Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan kepada mitranya dari Turki bahwa kaum nasionalis Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng.

“Kiev harus berhenti berperang dan memenuhi semua tuntutan Moskow agar invasi Rusia ke Ukraina berhenti,” kata Presiden Vladimir Putin kepada Pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu (6/3/2021) seperti dikutip rt.com, Senin (7/3/2022).

Putin mengatakan operasi khusus Moskow di negara tetangga akan terhenti hanya jika Kiev menghentikan aksi militernya dan memenuhi tuntutan Rusia.

Menurut layanan pers Kremlin, juru bicara Putin, selama panggilan telepon, Presiden Putin meyakinkan Erdogan bahwa Rusia siap untuk berdialog dengan pihak Ukraina, serta dengan mitra asing, untuk menemukan solusi damai atas konflik tersebut.

Namun, dia mengingatkan bahwa setiap upaya untuk negosiasi, Ukraina menggunakannya untuk mengumpulkan kembali kekuatan dan asetnya.

“Militer Rusia melakukan segala yang mungkin untuk melindungi kehidupan warga sipil, hanya melakukan serangan terhadap fasilitas militer Ukraina,” tambah Putin.

Dalam konteks ini, kata Putin, tindakan kaum nasionalis Ukraina dan unit neo-Nazi terlihat sangat kejam dan sinis ketika mereka melanjutkan penembakan intensif terhadap Donbass dan menggunakan warga sipil, termasuk orang asing, yang pada dasarnya disandera, sebagai ‘perisai manusia’ di Ukraina.

Menurut Kantor Erdogan, dia mencoba membujuk Putin untuk gencatan senjata untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk dan untuk menciptakan kondisi bagi solusi politik.

“Mari kita buka jalan untuk perdamaian bersama,” ujar Presiden Turki mendesak mitranya dari Rusia lewat telepon.

Erdogan menegaskan kembali keinginan Turki untuk berkontribusi pada penyelesaian krisis melalui mediasi dan cara diplomatik lainnya.

“Ankara tetap berhubungan dekat dengan Kiev dan negara-negara lain mengenai masalah ini,” tambahnya.

Turki, yang merupakan negara Laut Hitam seperti Rusia dan Ukraina, menikmati hubungan baik dengan Moskow dan Kiev.

Meskipun anggota NATO, Turki telah berusaha untuk mempertahankan sikap netral sejak Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina Kamis (24/2/2022) lalu untuk “denazifikasi” dan “demiliterisasi” negara itu, yang disalahkan atas “genosida” di Republik Donetsk dan Lugansk yang telah memisahkan diri. Kiev dan sekutu Baratnya mengklaim serangan itu benar-benar tidak beralasan.

Turki telah mengutuk invasi Rusia dan mendukung integritas wilayah Ukraina, tetapi juga menentang sanksi internasional yang keras, yang dirancang untuk mengisolasi Moskow.

Pemerintah di Ankara berharap untuk mengadakan pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Rusia dan Ukraina minggu depan di Turki selatan. Sejauh ini, ide tersebut disambut baik oleh Moskow dan Kiev. (dam)

Exit mobile version