INDOPOS.CO.ID – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dapat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa pekan mendatang. Pertemuan itu, bagaimanapun, hanya bisa terjadi ketika perjanjian damai antara Kiev dan Moskow ditandatangani.
“Begitu kesepakatan selesai, kami akan mulai mengatur pertemuan. Itu akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang. Lokasi, bagaimanapun, tidak masalah bagi kami. Itu bisa di mana saja, kecuali Rusia,” kata ajudan Zelenskyy, Mikhail Podolyak kepada portal Wirtualna Polska seperti dilansir rt.com, Jumat (18/3/2022).
Podolyak mengatakan pembicaraan kesepakatan damai bisa memakan waktu, mulai dari beberapa hari hingga satu setengah minggu.
“Saat ini, baik pihak Ukraina maupun Rusia tetap bertahan pada sudut pandang mereka masing-masing,” ujarnya.
“Penarikan segera pasukan Rusia adalah salah satu aspek kunci dari kesepakatan damai. Namun, negosiasi adalah proses skala besar yang melibatkan tidak hanya Rusia dan Ukraina. Polandia, antara lain, ambil bagian di dalamnya. Ini bukan hanya tentang menandatangani perjanjian. Kami ingin mengembangkan mekanisme khusus yang akan menjamin keamanan kami di masa depan,” jelas Podolyak.
Delegasi Rusia dan Ukraina telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan sejak awal invasi Rusia ke Ukraina. Negosiasi belum membuahkan hasil yang nyata, kecuali Kiev dan Moskow menemukan kesamaan dalam mengatur koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari zona perang.
Kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan damai dilaporkan oleh Financial Times pada Rabu (16/3), mengklaim bahwa kedua belah pihak sedang mendiskusikan rancangan 15 poin, yang melibatkan penarikan pasukan Rusia dan Ukraina menjadi negara netral di bawah perlindungan Barat dan sekutunya.
Laporan tersebut, dibantah oleh Moskow. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan laporan tersebut sebagai laporan palsu dan berjanji untuk menyampaikan ke publik jika ada terobosan aktual dalam negosiasi yang dicapai.
Kiev juga menolak laporan Financial Times itu. Podolyak mengklaim rencana 15 poin itu mencerminkan tuntutan Moskow dan tidak lebih.
Moskow menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk 2014-2015. Rusia akhirnya mengakui keberadaan Republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Rusia juga menguraikan tujuan invasi ke Ukraina untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.
Namun Kiev mempertahankan pandangannya bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim Rusia bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (dam)