Biden Sebut Putin sebagai “Tukang Daging,” Ini Komentar Presiden Prancis

putin

Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari AS Joe Biden selama pertemuan puncak di Jenewa 2021. Foto: rt.com

INDOPOS.CO.ID – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan eskalasi konflik di Ukraina melalui kata-kata atau tindakan harus dihindari. Hal itu ia sampaikan sebagai tanggapan atas pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut rekannya dari Rusia Vladimir Putin sebagai seorang “tukang daging” yang tidak bisa tetap berkuasa.

Presiden Prancis menjelaskan bahwa dia sendiri tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu.

“Secara pribadi, saya tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu,” kata Macron seperti dilansir rt.com, Senin (28/3/2022).

Pemimpin Prancis mengatakan kepada penyiar France 3 bahwa dia berencana untuk berbicara dengan Putin tentang situasi di Ukraina dalam dua hari ke depan.

Dia mengatakan tujuannya adalah mencapai gencatan senjata dan kemudian penarikan total pasukan [Rusia] dengan cara diplomatik.

“Jika kami ingin melakukan itu, kami tidak dapat meningkatkan eskalasi, baik dengan kata-kata atau tindakan,” tegas Macron.

Biden sebelumnya menyebut Putin sebagai “tukang daging” setelah mengunjungi sebuah stadion di Warsawa, Polandia yang menampung para pengungsi Ukraina. Dalam pidatonya pada hari itu, presiden AS menyatakan “Demi Tuhan, orang ini tidak dapat tetap berkuasa.”

Pejabat AS kemudian mengklarifikasi bahwa Biden tidak menyerukan perubahan rezim. Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media bahwa presiden telah melenceng ketika dia menyampaikan kalimat kontroversial itu.

“Seorang pemimpin nasional harus tetap tenang,” kata sekretaris pers Kremlin Dmitry Peskov menanggapi kata-kata Biden.

“Penghinaan pribadi mempersempit jendela untuk kerja sama antara Moskow dan Washington,” tambahnya.

Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina, lebih dari sebulan yang lalu, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass Donetsk dan Lugansk.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya telah merencanakan untuk merebut kembali kedua republik tersebut dengan paksa. (dam)

Exit mobile version