AHY: Negara Beri Ruang Buzzer, Bungkam Suara Kritis Rakyat

ahy

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono saat berkunjung ke Universitas Airlangga pada Februari 2022. Foto: Instagram/@agusyudhoyono

INDOPOS.CO.ID – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menemukan suatu keresahan di tengah masyarakat, bahwa ada ketakutan menyampaikan pendapat. Itu berdasar temuan jajak pendapat oleh lembaga survei nasional baru-baru ini.

“Banyak rakyat merasa takut bicara sekarang. Dari berbagai perjumpaan di lapangan, banyak menyampaikan, kami takut bicara,” kata AHY di jakarta, Minggu (17/4/2022).

Bahkan tak berani menyampaikan kritik pada pemerintah. Padahal dalam negara demokrasi kebebasan berpendapat, aspirasi ataupun kritik terhadap suatu kebijakan berkaitan kepentingan orang banyak merupakan hal lumrah dan biasa dilakukan.

“Jangankan menyampaikan kritik, untuk menyampaikan hal umum saja mereka ragu-ragu. Nah, tentunya ini tidak diharapkan,” ujar AHY.

Ia menekankan, sebenarnya kritik yang membangun, masukan positif itu diperlukan bagi pemerintahan dan negara untuk mengawal segala kebijakan.

“Karena tentunya dengan masukan dan feedback tadi, mudah-mudahan negara kita di arah yang benar,” ucapnya.

Di sisi lain, hal yang membuat rakyat marah ialah keberadaan buzzer diduga diberikan ruang oleh penguasa untuk menyerang sebagian orang kritis terhadap pemerintah.

“Yang sering membuat rakyat marah adalah ketika negara, seolah memberi ruang luas kepada buzzer politik untuk bebas beroperasi. Tujuannya untuk membungkam suara kritis rakyat,” sesalnya.

Sasaran serangan buzzer dilakukan pada siapa pun yang berbeda pandangan dengan sikap yang dikeluarkan penguasa. “Siapa pun termasuk partai politik termasuk media massa, termasuk civil society dianggap berbeda pandangan dan sikap dari penguasa saat ini,” ungkapnya.

Maka ia mengingatkan semua pihak, jangan sampai terjadi pergeseran atau perubahan tatanan nilai di kehidupan demokrasi. “Hati-hati, jangan sampai kita terjebak pada pola kekuasaan yang bersifat otoriter. Demokrasi harus dirawat dan diperjuangan,” pesannya. (dan)

Exit mobile version