Ini Kata Kemenkes Soal Anak Perempuan yang Meninggal Akibat Dugaan Hepatitis Akut

Hepatitis Akut

Ilustrasi Hepatitis Akut. Foto: Istimewa

INDOPOS.CO.ID – Juru Bicara Kementerian Kesehatan sekaligus Direktur Utama RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril menanggapi soal anak perempuan berinisial A (8) yang meninggal akibat dugaan hepatitis akut. Kejadian itu harus menjadi pembelajaran.

Anak perempuan itu diduga terlambat tertangani oleh fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) ketika muncul gejala awal.

Bahkan, orang tuanya baru mengetahui penyakit anaknya setelah dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Menurut Syahril, hal itu bisa terjadi karena kurangnya pemahaman dari berbagai pihak. Mengingat penyakit dugaan akut itu masih belum diketahui etiologi atau penyebabnya.

“Belum punya pengalaman, informasi. Jadi pasien ini, pertama yang ada di Indonesia. Jadi orang tua belum begitu paham,” kata Syahril saat dihubungi, Jakarta, Senin (16/5/2022).

Berdasar data yang dikantonginya, anak perempuan itu sudah mengalami keluhan sejak 5 April 2022. Dia kemudian dibawa ke klinik dan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Menurut penuturan orang tua pasien, Titi Nurhayati (27) pihak klinik hanya menyuruh menghabiskan obat, tanpa memberikan informasi mengenai penyakitnya. Kondisi anak tak kunjung membaik.

“Melihat data yang saya terima ini, dia tanggal 5 (April) itu sudah ada keluha di rumah. Kemudian berobat ke klinik, padahal sudah kuning, terus dikembalikan lagi. Kemudian dibawa ke rumah sakit tangal 10 April ke RSUD Sawah Besar,” tutur Syahri.

Ada rentang waktu cukup lama dari munculnya gejala hingga tertangani pihak rumah sakit. Terlebih kondisi anak perempuan itu terus menurun hingga kehilangan kesadaran.

“Jadi 10 hari itu lumayan terlambat. Jadi saat dibawa ke RSUD Sawah Besar itu, menurut laporan sudah kuning semua, badannya sudah lemah, jadi keadaanya waktu itu keadaan berat,” ujarnya.

“Dua hari kemudian dirujuk ke RSCM, tanggal 17 April, di RSCM juga di sana katanya sudah menurun kesadarannya, sudah semakin berat,” tambahnya.

Ia menambahkan, kejadian tersebut tentu tak bisa menyalahkan siapa pun. Termasuk orang tau maupun fasilitas layanan kesehatan. Namun, harus dapat dijadikan pelajaran.

“Jadi kemarin tidak bisa disalahkan siapa-siapa, karena kalau kita salahkan sama-sama nanti tidak akan menyelesaikan masalah. Ini menjadi pembelajaran semua,” ucapnya.

Temuan kasus hepatitis akut bermula saat adanya tiga pasien anak rujukan rumah sakit Jakarta Timur dan Jakarta Barat, yang meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Ketiga pasien tersebut diduga menderita hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya hingga meninggal dunia. Mereka meninggal dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. (dan)

Exit mobile version