Waspada! Penipuan Modus Love Scam Kian Marak, Kenali Ciri-cirinya

Waspada! Penipuan Modus Love Scam Kian Marak, Kenali Ciri-cirinya - kominfo zoom - www.indopos.co.id

Kominfo menggelar Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Jebakan Asmara Berujung Duka secara daring. Foto: YouTube Siberkreasi

INDOPOS.CO.ID – Mencari pasangan kini bisa dilakukan melalui aplikasi kencan online, seiring berkembangnya terknologi digital. Namun, bahaya penipuan berkedok asmara mengintai setiap pencari cinta di media sosial.

Menurut Kepala Subdivisi Digital At-Risks di SAFEnet Ellen Kusuma, sebagian besar korban love scam alias penipuan berkedok asmara adalah perempuan. Pelaku memanfaatkan situasi perempuan untuk menuruti segala keinginannya.

“Ini (love scam) modus kekerasan gender online. Memanfaatkan situasi perempuan mendapat kasih sayang, sebenarnya bukan kasih sayang tulus. Tapi, kondisi seseorang mau menuruti keinginan para pelaku,” kata Ellen dalam Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Jebakan Asmara Berujung Duka, Jakarta, Jumat (20/5/2022).

Ia mengungkapkan, ciri-ciri pelaku love scam ialah menggunakan identitas palsu, banyak alasan ketika diajak ketemu. Karenanya, setiap pengguna media sosial harus jeli saat berinteraksi dengan orang baru dikenal.

“Kalau identitas dan tingkah lakunya tak sesuai itu sudah dicurigai. Juga bukan foto dia atau comot foto orang. Kalau sudah berkomunikasi minta duit. Hentikan komunikasinya. Itu lah awal mula pemerasan,” imbuhnya.

Psikolog muda Wulansari Ardianingsih menyadari, pada usia tertentu kebutuhan emosial seseorang untuk diterima maupun kebutuhan kasih sayang menjadi hal paling penting. Sehingga mudah terjebak tipu muslihat pelaku love scame.

“Ketika kebutuhan itu dipenuhi orang asing. Apalagi kalau jatuh cinta, otak bagian berpikir kritisnya tak bisa bekerja optimal, akhirnya kita melakukan tindakan tidak rasional. Misalnya, transfer uang, kok mau dimanupilasi,” jelas Wulan.

Merespons hal tersebut, Kanit Subdit I Dittipidsiber Bareskrim Polri AKBP Rumi Untari menyatakan, pihaknya tentu dapat mengungkap tindak kekerasan gender online tersebut. Pelaku biasanya terbagi menjadi kelompok kecil.

“Bisa sekali (menangkap sindikat), permasalahannya sindikat itu tak hanya satu. Mereka terpisah-pisah, tidak menjadi kelompok besar. Ada juga yang main sendiri atau maksimal tiga orang,” tutur Rumi.

Para pelaku memiliki tugas dan peran masing-masing, ada yang melancarkan rayuan kepada korban, ada yang berupaya mengelabuinya melakukan transfer uang dan mengeksekusi kejahatan tersebut.

Kegiatan Obral Obrol liTerasi Digital dengan konsep bincang santai dapat dilihat di info.literasidigital.id atau melaui media sosial @Siberkreasi. (dan)

Exit mobile version