Beda dengan Polisi, Ini Kata Pengamat Terorisme tentang Khilafatul Muslimin

Al Chaidar

Pengamat terorisme Al Chaidar. Foto: Instagram Al Chaidar

INDOPOS.CO.ID – Gerakan Khilafatul Muslimin (KM) menjadi pusat perhatian masyarakat akhir-akhir ini karena dinilai akan menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi khilafah.

Petugas kepolisian bergerak cepat melakukan penangkapan terhadap Pimpinan KM Abdul Qadir Hasan Baraja dan sejumlah Amir Khilafatul Muslimin di Lampung, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim). Bahkan ada pengamat mengatakan KM adalah neo Negara Islam Indonesia (NII) karena pemimpinnya adalah mantan NII. Namun, tidak semua pengamat terorisme memandang KM sebagai organisasi berbahaya dan sebagai neo NII.

Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, yang mendasari gerakan KM ini adalah interpretasi mereka terhadap makna khilafah yang bukan negara dan bukan kekuasaan.

“Bagi mereka khilafah adalah sebuah umat. Mereka tidak berencana untuk menggantikan ideologi Pancasila dan juga tidak ingin menguasai Indonesia dengan cara apa pun termasuk dengan cara revolusi perang dan kudeta,” kata Al Chaidar kepada indopos.co.id, Minggu (12/6/2022).

Kabidhumas Polda Jateng Kombes Pol Iqbal Alqudusy (tengah) memperlihatkan barang bukti penyebaran berita bohong dan makar. Ist

“Penafsiran mereka terhadap khilafah adalah bahwa jika sudah ada umat, maka harus ada pemimpin sekecil apa pun organisasi tersebut dan khalifah yang sudah mereka angkat adalah pemimpin untuk organisasi mereka saja dan tidak ingin bersaing dengan organisasi lainnya, bahkan sering menawarkan jabatan khalifah kepada siapa saja yang berkenan,” tambah Al Chaidar.

Menurut Al Chaidar, untuk menduduki jabatan tersebut selama ini tidak ada yang mau menjadi khalifah, sehingga Ustaz Abdul Qodir Hasan Baraja sendiri yang diangkat oleh umatnya untuk menjadi khalifah.

“Khilafatul muslimin adalah sebuah gerakan fundamentalis sama seperti gerakan-gerakan sufi atau tasawuf dan bukan gerakan politik,” tandasnya.

Al Chaidar berpendapat, yang menjadi permasalahan bagi KM selama ini adalah konvoi mereka dalam mendakwahkan khilafah dan menawarkan khilafah kepada siapa saja yang melihat konvoi tersebut.

“Organisasi Khilafatul Muslimin ini tidak berbahaya dan tidak bersifat intoleran karena banyak juga yang menjadi warga khilafah di Indonesia maupun di luar Indonesia yang bukan beragama Islam,” tandasnya.

“Tafsir Khilafatul Muslimin terhadap khilafah saya kira menjadi sangat menarik karena mereka menganggap bahwa kehadiran seorang khilafah diperlukan oleh umat atau jemaah untuk bisa menjalankan ibadah-ibadah tertentu yang membutuhkan pemimpin,” katanya.

Lebih jauh, Al Chaidar mengatajan nilai-nilai yang diperjuangkan di dalam KM adalah nilai-nilai ritual dan sikap-sikap religius serta bersifat toleran dan mendukung falsafah Pancasila.

Al Chaidar menolak atau tidak sependapat kalau KM disebut sebagai neo NII. “Tidak benar (neo NII, red), dan mereka sudah keluar dari NII sejak 1976,” tegasnya.

Al Chaidar berpandangan bahwa penangkapan pimpinan KM oleh petugas kepolisian kemungkinan karena konvoi yang meresahkan masyarakat tersebut di beberapa daerah. (dam)

Exit mobile version