Pemberitaan Terkait Penganiayaan Anak di Makassar, Kalapas Kendal: Itu Hoax

ilustrasi kekerasana anak

Ilustrasi kekerasan pada anak. (dok indopos.co.id)

INDOPOS.CO.ID – Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIA Kendal Rusdedy membantah kabar keterkaitan dirinya pada kasus tewasnya anak di kapal Makassar.

“Tidak benar informasi dan pemberitaan yang beredar terkait keterlibatan saya pada tewasnya seorang anak dianiaya di kapal di Makassar,” kata Rusdedy dalam keterangan, Kamis (7/7/2022).

Ia menjelaskan, pada saat kejadian pada Jumat (24/6/2022) dirinya kehilangan ponselnya yang sedang diisi daya di Kapal Dharma Kencana VII tujuan Makassar. Usai salat subuh, pihaknya membuat laporan kehilangan di bagian informasi kapal yang kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan rekaman CCTV.

“Saya sebagai penumpang kapal hanya melaporkan kehilangan ke pihak keamanan kapal,” tegasnya.

Pada siang harinya, usai melaksanakan salat Jumat, Rusdedy kembali diundang ke bagian informasi dan diberitahu bahwa pelaku pencurian telah tertangkap, yakni bocah inisial DP. “Di ruang informasi, saya bertemu pelaku dan orang tuanya. Saya sama sekali tidak menyentuh, bahkan bertanya kepada pelaku pun tidak,” ungkapnya.

Ia hanya bertanya kepada orang tua anak tersebut terkait asal dan tujuan perjalanannya dan meminta Kartu Tanda Penduduk (KTP), namun yang bersangkutan mengaku tidak memiliki KTP.

“Dari situ saya bertanya ke security, kok bisa orang tidak punya KTP naik di atas kapal. Dijawab security mungkin belinya di kantor cabang. Saya kemudian sampaikan, beli di manapun harusnya pakai KTP,” katanya.

Berdasarkan rekaman CCTV serta pengakuan pelaku dan orang tuanya, pelaku mengakui melakukan pencurian dan ponsel yang dicuri telah diserahkan ke orang lain. Rusdedy menyerahkan masalah tersebut sepenuhnya kepada pihak keamanan kapal sebagai pihak yang berwenang.

Saat dirinya duduk di kursinya, Rusdedy melihat kedua orang tua pelaku duduk-duduk santai di kursi mereka. Rusdedy pun menghampiri mereka dan berpesan agar mereka mendampingi sang anak yang sedang diperiksa.

Namun saran tersebut justru direspon dengan teriakan dan amarah orang tua anak DP. Karena mendapatkan perlakuan kasar tersebut, Rusdedy kembali ke tempat duduknya.

“Mereka mereka justru melakukan pembiaran bahkan menyuruh pihak terkait untuk menindak dan menghukum pelaku,” ujar Rusdedy.

Rusdedy juga melihat petugas keamanan sempat menggeledah tas ibu dari anak DP untuk mencari ponsel curian yang dimaksud. “Sore hari saya kembali ke ruang informasi dan melihat pelaku dan orang tuanya. Saya masuk dan berbicara kepada orang tuanya bahwa saya bersedia memberikan uang atau handphone yang lain apabila handphone saya dikembalikan. Kemudian saya meninggalkan ruang informasi,” jelasnya.

Ia mengatakan, setelah kapal bersandar, pihaknya kembali ke ruang informasi untuk mengambil laporan kehilangan dan kemudian ia turun dari kapal. “Apa yang dimuat dalam pemberitaan (tentang keterlibatannya dalam penganiayaan) tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya dan termasuk berita bohong (hoax). Wartawan tidak pernah melakukan klarifikasi kepada saya maupun kepada penasihat hukum saya,” ujarnya. (nas)

Exit mobile version