Amnesty International : Kekuatan Aparat untuk Kendalikan Massa Jangan Berlebihan

Situasi-Kerusuhan-Di-Malang

Gas air mata yang digunakan polisi untuk menghalau suporter Arema turun ke lapangan. Foto: Media Sosial Twitter

INDOPOS.CO.ID – Hak hidup ratusan orang melayang begitu saja pasca pertandingan bola. Ini betul-betul tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan. Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangan, Minggu (2/10/2022).

Dalam inside kemanusiaan tersebut, perempuan dan laki-laki dewasa, remaja dan anak di bawah umur menjadi korban.

“Kami sampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban, pun kepada korban luka yang saat ini sedang dirawat, kami berharap pemulihan kondisi yang segera,” katanya

“Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara untuk mengatasi atau mengendalikan massa seperti itu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Ini harus diusut tuntas. Bila perlu, bentuk segera Tim Gabungan Pencari Fakta,” imbuhnya.

Tangkapan layar video kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Foto: Screenshot video amatir.

Ia menuturkan, tragedi ini mengingatkan pada tragedi sepak bola serupa di Peru tahun 1964. Di mana saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa. Lalu membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen.

“Sungguh memilukan 58 tahun kemudian, insiden seperti itu berulang di Indonesia. Peristiwa di Peru dan di Malang tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata,” tegasnya.

“Tentu kami menyadari bahwa aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugas mereka, tapi mereka harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version